Kamis 24 Jan 2013 11:19 WIB

Kejayaan Apple Segera Berakhir?

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Steve Jobs melambaikan tangan pada sesi terakhir peluncuran iPad 2 saat acara Apple di San Francisco, 2 Maret 2011.
Foto: REUTERS/Beck Diefenbach
Steve Jobs melambaikan tangan pada sesi terakhir peluncuran iPad 2 saat acara Apple di San Francisco, 2 Maret 2011.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Sepeninggal pendirinya, Steve Jobs, masa depan raksasa teknologi Apple Inc seakan makin suram. Saham Apple Inc dikabarkan semakin terpuruk setelah sahamnya gagal menjawab perkiraan pendapatan Wall Street karena penjualan iPhone berada di bawah ekspektasi. Hal ini memicu kekhawatiran investor terhadap kredibilitas Apple sebagai dominan di industri teknologi.

Saham perusahaan teknologi terbesar ini turun 10 persen menjadi 463 dolar AS pada penutupan perdagangan sesi pertama, Rabu (23/1) waktu setempat. Padahal sebelumnya Apple mengaku telah mengkapalkan 47,8 juta iPhone di akhir tahun lalu. Jumlah ini meningkat 29 persen dari periode yang sama tahun lalu.

"Ini akan menimbulkan pertanyaan terhadap dominasi Apple di dunia," ujar analis Sterne Agee, Shaw Wu, seperti dilansir laman Reuters, Kamis (24/1). Apple secara perlahan tengah disalip oleh pesaing beratnya, yakni Samsung dan Google.

Persaingan ketat ponsel Samsung didukung oleh perangkat lunak android Google menyebabkan kecemasan investor terhadap masa depan Apple semakin tinggi. Hal ini ditambah dengan tanda-tanda //smartphone premium// telah sampai pada titik jenuh di pasar negara maju.

Saham Apple turun hampir 30 persen dari rekor tertinggi pada September tahun lalu. Penurunan ini menjadi tanda-tanda kekhawatiran pertumbuhan dahsyat Apple telah sampai di titik akhir dan perangkat mobile Apple tidak lagi populer.

Apple memproyeksikan pendapatan meningkat dari 41 miliar dolar AS menjadi 43 miliar dolar AS di kuartal pertama. Namun nilai ini jauh dari perkiraan Wall Street yang memperkirakan sebesar 45 milar dolar.

Apple juga merevisi target pendapatan pada dua kuartal sebelumnya. Analis berpendapat hal ini akan menambah lebih banyak pertanyaan dari investor terkait apa yang akan Apple lakukan untuk meningkatkan penjualan baru dan mempertahankan pertumbuhannya.

Laba bersih Apple tahun lalu tumbuh landai dari 13,06 miliar dolar AS menjadi 13,07 miliar dolar AS.

Namun di tengah keterpurukannya, perusahaan milik mendiang Steve Jobs ini justru bersinar di Cina. Penjualan iPhone di negeri tirai bambu tersebut melompat dua kali lipat.

"Hasil ini tentu saja menggembirakan, namun menimbulkan beberapa pertanyaan," ujar analis dari Cross Research, Channon Cross.

Pertanyaan tersebut adalah inovasi apa yang akan dilakukan Apple dalam 12 hingga 18 tahun ke depan. Laba kotor perseroan terlihat positif dan dana segar terus mengalir. Investor tentunya ingin tahu apa yang akan Apple lakukan dengan saldo kas yang terus tumbuh.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement