Jumat 25 Jan 2013 05:53 WIB

Menghadirkan Kembali Perikehidupan Rasulullah SAW

  Ribuan umat Islam mengikuti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan Majelis Rasulullah di kawasan Silang Monas, Jakarta Pusat, Kamis (24/1).  (Republika/Aditya Pradana Putra)
Ribuan umat Islam mengikuti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan Majelis Rasulullah di kawasan Silang Monas, Jakarta Pusat, Kamis (24/1). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein

 

Umat Islam di penjuru dunia, termasuk di Indonesia akan menggelar peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sebagai ritual peringatan hari kelahiran Rasulullah ini, umat Islam sepertinya ingin menghadirkan kembali perikehidupan Nabi Muhammad SAW lebih dari empat belas abad yang lampau, dalam kehidupan kekinian.

Kita ingin, momentum Maulid Nabi benar-benar menghadirkan kembali perikehidupan Rasulullah sebagai panduan hidup dalam bermasyarakat dan bernegara. Maulid Nabi adalah momentum  penting dan berarti bagi kita, untuk mengaktualkan dan mengimplementasikan nilai-nilai kebaikan Rosulullah SAW, sebagai uswahtul khasanah atau teladan yang baik bagi kita semua.

Dasar awal Islam menjunjung tinggi nilai-nilai universal, seperti keadilan, keadaban, kesantunan, dan toleransi. Islam menjunjung tinggi pengakuan dan penghormatan kepada seluruh masyarakat tanpa membedakan ras, warna kulit, jenis kelamin dan bahasa. Dalam agama Islam, manusia hanya sebagai hamba Allah SWT, yang diberi anugerah akal dan fikiran untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia.

Akhlak yang berisi nilai-nilai ketauhidan, nilai-nilai kebenaran dan kesucian serta nilai-nilai rahmatan lil alamin; rahmat bagi semesta alam. Nilai rahmatan lil alamain yang akan menghancurkan rasa iri, dengki, fitnah dan kemunafikan di tubuh umat Islam.

Ketika nilai-nilai ini diimplementasikan maka sangat diyakini akan terbangun hati-hati yang penuh rasa kekeluargaan, rasa kebersamaan sesama insan, tanpa memandang suku, latarbelakang ekonomi atau pun lainnya, di tubuh umat Islam. Jadi momentum Maulid Nabi tidak hanya membangun kesalehan pribadi, namun juga menciptakan kondisi kesalehan sosial.

Terlebih lagi ada sebahagian masyarakat diwilayah Kota Jakarta dan sekitarnya sedang dirundung musibah banjir dan saatnyalah kita untuk menaruh empati dengan mengulurkan bantuan kepada mereka yang sedang kesusahan. Hal ini merupakan implementasi nilai-nilai kebaikan yang dibawa Rasulullah SAW.

Maulid Nabi juga merupakan momentum untuk membangkitkan kembali ruh Masyarakat Madani (atau ada yang menyebut masyarakat Madinah) di Kota Tangerang. Ruh-ruh yang terkandung dalam Masyarakat Madani adalah masyarakat yang berakhlak mulia.

Masyarakat yang mengaktualisasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai Islam, sebagai uswahtul khasanah; Masyarakat yang mengutamakan kesalehan sosial diatas kesalehan pribadi; Masyarakan yang selalu terjaga dari prilaku-prilaku negatif; Masyarakat dimana hukum sudah ditegakkan; dan Masyarakat yang jauh dari nilai-nilai kemunafikan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement