Sabtu 26 Jan 2013 05:57 WIB

Dua Tahun Revolusi, Mesir Terus Berbenah (II)

Rep: Indah Wulandari, Bambang Noroyono/ Red: M Irwan Ariefyanto
Seorang pria Mesir menunjukkan jari kirinya usai memberikan suara dalam referendum tahap kedua atas konstitusi baru.
Foto: AP
Seorang pria Mesir menunjukkan jari kirinya usai memberikan suara dalam referendum tahap kedua atas konstitusi baru.

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Pada momentum Maulid Nabi Muhammad SAW, Kamis (24/1), Muhammad Mursi meminta seluruh rakyatnya merayakan dengan damai. Dalam pidatonya, Mursi menyatakan, perdamaian itu membawa keselamatan bagi bangsa, institusi, kehidupan manusia dan rakyat Mesir.

Menurut Mursi, negaranya tidak akan pernah tenteram dari kemelut politik dalam negeri. Alasannya, saat ini masih bercokol beberapa sisa rezim lama yang disebutnya sebagai ancaman. "Kekuatan kontrarevolusi masih berusaha mendongkel atau merusak negara ini (Mesir)," katanya.

Mursi mengingatkan, situasi pascarevolusi hanya menyisakan persoalan ekonomi yang parah melilit negara itu.

Mursi melanjutkan, revolusi adalah titik balik sejarah Mesir. Sekarang, Mesir sudah berada pada anak tangga yang diinginkan. Mursi pun mengklaim sudah menuntaskan satu tugas revolusi dengan baik. Hal itu terukur dengan terbentuknya konstitusi baru yang melindungi hampir 80 juta rakyatnya.

Menurut Mursi, konstitusi baru negara itu sudah tidak lagi merongrong ataupun menindas. Konstitusi baru yang disahkan pengujung tahun 2012 lalu itu, kata dia, bak batu besar yang menimpa penguasa jika tidak dapat menahan kekuasaannya. ''Mesir sudah sampai pada kebebasan tak terbatas. Dan konstitusi sudah mengurangi kekuasaan presiden,'' ujarnya.

Mursi mengakui, masih terdapat kerecokan politik yang menghendaki kembalinya ketidakpastian. Dia mencontohkan, penentangan oposisi terhadap konstitusi yang terjadi pada ujung 2012 lalu. Kerecokan itu dituding Mursi sebagai tunggangan segelintir sisa rezim yang menghendaki Mesir kembali dalam kegelapan. Mursi menuding sisa 'orang lama' itu adalah barisan sakit hati yang berniat menjegal kekuasaan yang sah.

Direktur Penelitian Brookings Doha Center Shadi Hamid berpandangan, pidato Mursi sejatinya menggambarkan kekhawatiran eskalasi politik pada tahun kedua reformasi Mesir. Menurut Hamid, kericuhan yang terjadi tidak akan mengubah situasi politik secara mendasar.

Kondisi umum politik Mesir di mata Hamid masih berjalan imbang antara kelompok oposisi Mursi dan pro-Mursi. Kritik yang dilontarkan oposisi menilai, hak-hak istimewa yang diberikan bagi sang presiden melampaui batas. "Sehingga, perkembangan regenerasi militer Mesir terhambat," katanya.

Pendukung Mursi, kata Hamid, justru beranggapan kritik oposisi itu tak adil. Apalagi Mursi sudah menunjukkan bahwa dia secara cepat dan sigap menegakkan konstitusi untuk mengembalikan stabilitas. Sikap oposisi dianggap memperburuk situasi.

Duta Besar Indonesia Berkuasa Penuh untuk Mesir Nurfaizi Suwandi mengatakan, secara umum proses reformasi politik di Mesir sudah berjalan dengan baik. Bahkan, Nurfaizi menyatakan, Indonesia perlu mencontoh Mesir untuk menuju demokrasi sesungguhnya. Menurut Dubes, Mesir sukses menjalankan reformasi politik secara lebih baik, lebih cepat, dan berderajat tinggi.

Dalam dua tahun setelah mengalami kehancuran sistem politik dengan tumbangnya penguasa rezim Husni Mubarak, kata Nurfaizi, Mesir mengalami perubahan sistem politik secara cerdas. Dalam pemilihan anggota parlemen maupun presiden, rakyat di Mesir dinilai sukses menjalankan secara mulus dan efisien. “Ini semua karena didukung kesadaran berpolitik rakyatnya yang lebih maju,” kata Nurfaizi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement