REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolda Metro Jaya, Irjen Putut Eko Bayuseno mengatakan aksi penculikan penculik Siti Nurjanah alias Nana (9), putri pengusaha Muzdalifah dan pedangdut Nassar, bukan aksi teroris.
Untuk pengembangan kasus, penyelidikan kasus ini sementara akan dilanjutkan pada bagian Kriminal Umum, yang bakal berkoordinasi dengan Densus 88.
"Akan diperiksa secara intensif," ujar Eko Bayuseno, Sabtu (26/1).
Awalnya, penculikan itu diduga terkait aksi terorisme. Indikasi itu lahir lantaran dari sejumlah barang bukti yang disita polisi di rumah kontrakan pelaku, di Cileungsi, ditemukan hasil 'print out' tentang cara membuat bom secara sederhana. Polisi juga menyita kantong plastik berisi potasium.
Tim Reserse Mobil (Resmob) Polda Metro Jaya menangkap satu dari dua penculik Nana, Fadlun Hariyanto. Pria 29 tahun itu dicokok polisi di sebuah rumah kontrakan di Narogong, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (26/1) pukul 03.00 WIB. Sementara satu penculik lainnya, Asep, berhasil lolos dan sedang dalam pengejaran petugas.
Fadlun Hariyanto sempat melarikan diri saat ditangkap petugas, sehingga polisi terpaksa menembak kaki kanannya.
Selama penculikan, Nana disekap di rumah kontrakan tersebut. Namun, selama sepuluh hari penyekapan, Nana tidak dianiaya, Nana juga diberi makan pelaku.
Putut mengimbau kepada orangtua agar memperhatikan putra-putri masing-masing. Bagi guru di sekolah juga agar menjaga siswa-siswanya dengan baik agar peristiwa serupa tidak terulang.