REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Negara-negara Muslim tak boleh menjadi kekuatan ketiga. Menurut Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi, negara-negara Muslim seharusnya tampil sebagai salah satu kekuatan militer superior.
''Dan tidak membiarkan setiap agresor untuk berpikir tentang menyerang negara-negara Islam,'' ujar Vahidi seperti dikutip laman Irib, Sabtu (26/1).
Untuk itu, ia menyerukan pentingnya membentuk sebuah pakta militer bersama antara negara-negara Muslim untuk membela rakyat tertindas di mana pun diperlukan.
"Kami telah mengusulkan pembentukan sebuah pakta militer yang terdiri dari angkatan bersenjata negara-negara Muslim untuk membela hak-hak bangsa tertindas," kata Vahidi pada hari Sabtu (26/1), seperti dikutip Press TV.
"Ini adalah tugas umat Islam untuk membela Palestina dan prioritas kami adalah bekerja sama dengan negara-negara Islam lainnya yang membela orang-orang tertindas melawan kekuatan arogan," tambahnya.
Vahidi menambahkan bahwa persatuan umat Islam dapat mengecewakan musuh yang berusaha menciptakan perpecahan di antara negara-negara Islam. Dia menggambarkan rezim Zionis sebagai musuh terburuk bagi negara-negara Islam dan menyerukan persatuan mereka terhadap Israel.
Mengomentari kekuatan militer Iran, Vahidi menjelaskan Iran adalah independen dalam hal peralatan militer dan doktrin pertahanan didasarkan pada kemampuan dalam negeri serta kerjasama yang luas dengan negara-negara Islam.
Iran pertama menyerukan pembentukan perjanjian pertahanan antara negara-negara Muslim pada Agustus 2012 lalu.
"Jika aliansi pertahanan yang kuat dan strategis terbentuk di antara negara-negara Muslim untuk membela Palestina, Israel tidak akan punya pilihan lain kecuali menerima tekad dan tuntutan bangsa Palestina," demikian Vahidi.