REPUBLIKA.CO.ID, Alkisah, terdapat sebuah negeri yang sangat makmur nan subur yang bernama Saba atau Sheba yang kekuasaannya mencakup Yaman dan Etiopioa pada era modern. Di tengah padang pasir, negeri tersebut mampu memenuhi kebutuhan air.
Bukan karena terdapat oase, melainkan masyarakat negeri tersebut memiliki ilmu yang tinggi hingga mampu membuat bendungan raksasa. Tetapi, beribu sayang, masyarakat negeri nan makmur tersebut tak mengenal Allah dan memilih menjadi penyembah Matahari. Mereka beribadah saat Matahari terbit dan tenggelam. Pemimpin mereka merupakan seorang ratu yang catik jelita dan bijaksana yang bernama Ratu Balqis atau Queen of Sheba.
Suatu hari yang cerah, Sang Ratu mendapati seekor burung pelatuk hud-hud mondar-mandir di atas negerinya. Sesaat burung itu menghilang, kemudian kembali dengan membawa sepucuk surat. Lembaran surat tersebut dijatuhkan persis di hadapannya. Terkejut, Ratu pun segera membuka lembaran itu.
"Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Surat ini adalah dari Sulaiman (Solomon). Janganlah kamu bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku. Datanglah kepadaku berserah diri," begitulah isi surat tersebut.
Tanpa pikir panjang, Ratu pun bergegas mengumpulkan pembesar dan penasihat kerajaan di istananya yang megah. Ia duduk di atas singgasana yang sangat besar dan indah sembari meminta pertimbangan kebijakan atas surat yang begitu mengejutkan. Para pembesar pun berdiskusi. Mereka mempertimbangkan kekuatan kerajaan dan kesanggupan jikalau harus melawan kerajaan Sulaiman.
"Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan keberanian besar dalam peperangan. Kami memandang, kita lawan saja Sulaiman. Namun, keputusan tetap berada di tangan yang mulia Ratu. Maka, pertimbangkanlah apa yang akan baginda Ratu perintahkan," ujar wakil pembesar dan penasihat.