REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mengapalkan kargo perdana propylene sebanyak 1.500 ton. Propylene yang biasa digunakan sebagai bahan baku industri plastik ini merupakan hasil produksi Kilang RCC Off Gas to Propylene Project (ROPP) Balongan Jawa Barat. Seluruh produk propylene ini untuk memenuhi pesanan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
Menurut Direktur Pengolahan Pertamina Chrisna Damayanto, pihaknya berkomitmen pada penamban propylene nasional. "Dengan hasil ROPP Balongan, ini akan mengurangi impor propylene yang meningkat," katanya, Rabu (30/1).
Sementara itu Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina Ali Mundakir mengatakan bisnis propylene ini merupakan ekspansi perseroan ke pasar pertokimia. Pertamina, kata dia, menargetkan mampu menguasai pasar hingga 30 persen di 2017.
"Saat ini pasar petrokimia nasional baru mencapai 5 miliar dolar AS atau sekitar 10 persen saja," katanya. Nantinya Pertamina berharap bisa meraih untung hingga 30 miliar dolar AS.
Fasilitas ROPP di Kilang Balongan Indramayu adalah proyek pemanfaatan gas buang yang dihasilkan residue catalytic cracking menjadi propylene yang bernilai tambah tinggi. Kilang ROPP Balongan mulai beroperasi pada 14 Januari 2013.
ROPP Balongan dibangun dengan investasi sekitar 238 juta dolar AS dengan kontraktor EPC PT Rekayasa Industri dan Toyo Engineering Corporation. Adapun, kapasitas produksi propylene dari ROPP Balongan mencapai 179 ribu ton per tahun.
Di 2025 nanti, Pertamina menargetkan penguasaan pasar petrokimia nasional hingga 80 persen pada 2025. Sebelumnya, Pertamina telah menandatangani nota kesepahaman dengan Chandra Asri Petrochemical sebagai dasar penyusunan kesepakatan akhir untuk membentuk perusahaan joint venture untuk mendirikan pabrik polypropylene berkapasitas 250 ribu ton per tahun di RU VI Pertamina, di Balongan.
Pertamina juga telah menandatangani nota kesepahaman dengan tiga perusahaan petrokimia multinasional yakni SK Global Chemical, PTT Global Chemical, dan Mitsubishi Corporation. BUMN itu mengklaim ketiganya merupakan perusahaan petrokimia terkemuka di kawasan Asia.
Salah satu dari tiga calon mitra tersebut akan dipilih sebagai mitra usaha patungan untuk membangun pabrik naphta cracker. Pabrik tersebut ditargetkan dapat beroperasi pada 2017.