REPUBLIKA.CO.ID, BISHKEK -- Wakil Perdana Menteri Kirgistan, Kamila Taliyeva meminta umat Islam untuk tidak belajar studi agama Islam di luar negeri. Ia beralasan, sarana dan prasarana pendidikan di Kirgistan lebih dari cukup.
"Ada fakta terdapat jumlah yang cukup besar keberangkatan ilegal anak-anak Muslim berusia 9-14 tahun ke luar negeri. Masalahnya, pada saat bersamaan, pengetahuan mereka tidak memenuhi standar minimum pendidikan umum," papar dia dalam konferensi nasional bertajuk "Negara dan Agama" yang digelar Komite Negara Urusan Agama, di Bishkek, Rabu (30/1).
Menurut Taliyeva, minimnya pendidikan itu berdampak langsung pada keamanan negara, penyebaran ide-ide ekstrimis keagamaan dan kurangnya intoleransi dalam budaya masyarakat.
"Kebanyakan dari mereka yang lulus justru mengorganisir kelompok yang bertindak atas nama dogma agama," kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Muslim Kirgistan beberapa tahun belakangan menghadapi tekanan keras dari pemerintah melalui pemberlakukan larangan berjilbab dan pengawasan aktivitas keagamaan. Apa yang terjadi di Kirgistan juga serupa dengan negeri tetangga, Tajikistan, Kazakstan dan Azerbaijan.