REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Berhenti beroperasinya salah satu maskapai penerbangan Indonesia, Batavia Air menambah daftar kekecewaan terhadap pelayanan sarana transportasi di Indonesia. Pasalnya, hingga saat ini penumpang masih belum mengetahui kejelasan sistem ganti rugi.
Laily Rahmawati, warga Menteng, Bogor Barat, Kota Bogor terpaksa harus kembali lagi ke Bogor karena batal terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang ke Pekan Baru, Kamis (31/1) pukul 13.55 WIB kemarin. Ia mengaku sangat kecewa dengan pelayanan maskapai penerbangan ini.
''Kantor Batavia di Soekarno-Hatta itu tutup!'' ujarnya ketika ditemui ROL di Bogor. Laily mengaku tidak melihat adanya posko pengaduan maupun informasi sehingga tidak mendapat kejelasan apa pun.
Sesama penumpang Batavia Air, tambahnya, yang bernasib sama pun tidak mengetahui harus diapakan tiket yang telah mereka beli. Terlebih, waktu yang terbuang sia-sia, apalagi bagi penumpang yang terburu-buru harus terbang.
''Saat itu penumpang-penumpang lebih memilih segera mencari penerbangan lain, begitu pula saya,'' kata dia. Akhirnya, Laily terpaksa harus membeli tiket lain menuju Pekan Baru yang dijadwalkan terbang hari ini, Jumat (1/2) malam pukul 20.00 WIB.
Sementara, ia tidak mengetahui kepastian ganti rugi atas tiket yang telah ia beli Berangkat dan Pulang. Ia mengaku membeli tiket tersebut hampir satu bulan lalu dan tidak mendapat konfirmasi apapun terkait kepailitan Batavia Air.
Ia baru saja mengetahuinya ketika tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (31/1) kemarin. Saat itu pun, tambahnya, tidak ada yang membantu memberi kejelasan rencana ganti penerbangannya.
Tidak terorganisirnya sistem ganti rugi, juga telatnya pelayanan membuat para penumpang kecewa berat karena ditelantarkan. Selain itu, sistem di Bandara Soekarno Hatta bahkan tidak memberikan pelayanan bagi penumpang yang tak terangkut tersebut.
Hal ini berimbas pada kekecewaan terhadap bandara utama kelas Internasional ini. ''Begitu ya pelayanan di Bandara Internasional Soekarno Hatta,'' ujarnya kesal.