REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mulai tahun ini akan memperluas kantor dan cabangnya ke Indonesia Timur. Tujuannya untuk menyasar lebih banyak nasabah sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Direktur Utama BRI, Sofyan Basir, mengatakan tiga wilayah utama yang akan disasar adalah sejumlah kecamatan di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara, dan Maluku. "BRI akan membuka bank teras di atas kapal laut," kata Sofyan kepada ROL di Jakarta, Kamis (31/1) petang. Masing-masingnya terdiri dari satu unit kapal.
Menurut Sofyan, potensi nasabah di wilayah-wilayah itu masing-masingnya bisa mencapai 3.000-4.000 orang per kecamatan. Sayangnya, karena akses transportasi minim dan lebih banyak jalur laut, maka banyak wilayah yang belum bisa mengakses bank.
Apabila perusahaan membuka kantor, kata Sofyan, maka belum memenuhi syarat. Sebab, syarat pembukaan sebuah kantor harus lebih dari 5.000 orang. "Untuk modal awalnya memang mahal, investasinya besar, namun ini pada akhirnya akan menciptakan bisnis," kata Sofyan.
Menurut Sofyan, sektor perbankan harus berani menjemput peluang bisnis, tak sekadar menunggu peluang itu datang. Meski perusahaan berani mengambil risiko, namun kinerja bank tetap menunjukkan performa terbaiknya. Sepanjang 2012, BRI membukukan laba bersih Rp 18,52 triliun atau bertumbuh 22,79 persen.
Istimewanya, tingkat pemulihan aset atau recovery rate kredit-kredit bermasalah BRI sangat maksimal. Recovery rate BRI melonjak 65 persen atau naik Rp 2,2 triliun. Biasanya, BRI hanya membukukan recovery rate 35 persen. Pendapatan berbasis biaya dan pendapatan non operasional dari perbaikan kredit bermasalah juga naik 47,8 persen dari posisi Rp 5,5 triliun pada Desember 2011 menjadi Rp 8,2 triliun pada Desember 2012.
Dalam enam tahun ke depan, kata Sofyan, BRI akan memperkuat financial inclusion. Mulai 2014, BRI akan membuka 20 ribu kantor di desa-desa potensial ekonomi yang akan dikembangkan. Untuk teras, bank yang unggul di segmen mikro ini menargetkan 3.000 teras per tahun.
Direktur Bisnis UMKM BRI, Djarot Kusumayakti, mengatakan persaingan bank di sektor UMKM semakin kuat. Misalnya kredit usaha rakyat (KUR). Menurut Djarot, kinerja BRI dalam menjalankan program KUR menunjukkan performa terbaik.
"Realisasi pencairan kredit ini sepanjang 2012 mencapai Rp 19,8 triliun dan surplus 30 persen," kata Djarot dijumpai terpisah. Padahal, BRI hanya ditargetkan pemerintah menyalurkan KUR sekitar Rp 15 triliun.
Namun, dalam hal sosialisasi, kata Djarot, seringkali terjadi kesalahan persepsi dan kurangnya komunikasi. Khususnya dalam pencatatan data perbankan. "Kesannya, penyaluran sektor perikanan dan pertanian seolah minim," ujarnya.
Ia mencontohkan, ketika seorang petani menerima KUR dan menjual gabah padinya ke pasar, maka data tersebut dicatat sebagai kredit perdagangan. Begitu juga dengan nelayan, ketika hasil tangkapan ikannya dijual ke pasar, maka dicatat sebagai kredit perdagangan. "Jadi, ini hanya mispersepsi pencatatan saja," ujar Djarot.