Jumat 01 Feb 2013 14:58 WIB

Warga Keluhkan Sampah di Pintu Air Jembatan Merah

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Karta Raharja Ucu
Sampah
Foto: RTC/Rifa Nurfauziah
Sampah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persoalan sampah di Jakarta seolah tak ada habisnya. Kali ini warga mengeluhkan tumpukan sampah yang berada di pinggir trotoar di pintu air Jembatan Merah, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Selain menganggu pemandangan, sampah yang menumpuk ini juga menimbulkan aroma tidak sedap yang menyengat. Keadaan juga semakin diperparah dengan adanya air sungai berwarna hitam pekat yang terbawa sampah. Akibatnya trotoar menjadi becek.

Salah seorang pejalan kaki, Rima (16 tahun) bahkan harus menutup hidung rapat-rapat saat melewati tumpukan sampah di tempat tersebut. "Sampahnya harus diangkut, jangan ditumpuk saja, karena bau banget," ujarnya, Jumat (1/2).

Hal senada diungkapkan pengguna jalan lainnya, Abdul Rojak. Pria 35 tahun itu mengaku perjalanannya terganggu akibat sampah. "Harus dibenahin karena bau dan enggak rapih," ungkapnya.

Berdasarkan pantauan di lokasi, tumpukan sampah tersebut merupakan sampah yang diangkut petugas kebersihan dari Pintu Air Jembatan Merah. Sayangnya, sampah yang sudah diangkut justru dibiarkan menumpuk di pinggir trotoar.

Amir (39) salah seorang petugas kebersihan mengatakan sampah tersebut dibiarkan menumpuk di atas trotoar karena menunggu diangkut truk sampah. "Bukannya enggak diangkut, karena sampahnya banyak jadi belum keangkut semua," jelas dia.

Menurut Amir, truk sampah biasanya datang dua hingga tiga kali dalam sehari. Namun, jumlah truk yang terbatas dan banyaknya sampah yang juga harus diangkut di tempat lain, lanjut Amir, membuat sampah di tempat itu sering terbengkalai.

Pintu air Jembatan Merah memang menjadi titik pertemuan antara aliran Kali Ciliwung dengan aliran Kali Gunung Sahari. Akibatnya, banyak sampah menumpuk di pintu air ini. Tidak hanya sampah rumah tangga, ada juga sampah-sampah berukuran besar seperti batang pohon dan bangku sofa.

Menurut Amir, kondisi sampah menumpuk seperti itu hanya terjadi ketika musim penghujan saja. Sementara saat musim kemarau, jumlahnya lebih sedikit.

"Biasanya juga enggak begini kok kalau enggak banjir," ungkap Amir yang mengaku sudah tiga tahun menjalani profesi sebagai petugas kebersihan sungai ini.

Banyaknya sampah yang tertahan di pintu air Jembatan Lima membuat Amir kewalahan. Ia yang sehari-hari biasa bekerja dengan satu orang temannya, bahkan harus dibantu beberapa orang lain untuk mengangkut sampah dari sungai.

Meski begitu, hingga tengah hari, tumpukan sampah masih belum juga terselesaikan. "Sampahnya terlalu banyak, orang-orang sini kalau buang sampah ke sungai semua," keluhnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement