REPUBLIKA.CO.ID, AMBON---Wakil Ketua Komite III DPD-RI Anna Latuconsina mengatakan, pendidikan di Indonesia saat ini lebih membutuhkan kelengkapan fasilitas penunjang seperti laboratorium, perpustakaan, tempat praktik kerja, dan sebagainya.
"Pendidikan kita lebih membutuhkan fasilitas penunjang proses belajar mengajar yang masih minim, apalagi di daerah-daerah," katanya terkait rencana pemerintah untuk memberlakukan kurikulum baru pada Juli 2013.
Menurut Latuconsina, kurikulum baru memiliki banyak keunggulan karena menekankan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, dengan penilaian berbasis test dan portofolio. Orientasi pembelajarannya pun bertujuan mencapai kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
"Akan tetapi jika tidak ditunjang dengan fasilitas yang mamadai, penerapan kurikulum tersebut tidak akan tepat sasaran seperti yang ditargetkan oleh pemerintah," katanya.
Tak hanya fasilitas penunjang proses pendidikan di sekolah, Anggota DPD-RI asal Maluku itu mengatakan, pemerintah juga harus mengutamakan kesiapan tenaga pengajar produktif dan profesional yang mampu memajukan pendidikan bangsa.
"Saya rasa menyediakan fasilitas penunjang, dan mempersiapkan banyak tenaga guru ahli pada tiap-tiap bidang studi pelajaran, jauh lebih penting untuk memajukan pendidikan di negara kita," katanya.
Menurut Latuconsina, untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka pemerintah diharapkan juga memperhatikan banyak aspek dalam penerapan kurikulum baru mengganti Kurikulum Tingat Satuan Pendidikan (KTSP), yang direncanakan berlangsung pada tahun ajaran baru, Juli nanti.
"Dalam penerapannya nanti pemerintah harus memperhatikan banyak aspek, salah satunya adalah karakteristik wilayah tiap daerah di Indonesia, sehingga nantinya bisa lebih tepat sasaran," katanya.
Ia menjelaskan, untuk wilayah Maluku, dari hasil quisioner yang dibagikan oleh pihaknya kepada sejumlah sekolah di tingkat SD hingga SMA di daerah tersebut, banyak guru yang mengeluhkan minimnya fasilitas penunjang proses belajar-mengajar.
"Rata-rata mengeluhkan fasilitas yang tidak memadai dan belum tahu dengan kurikulum terbaru, tapi saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sedang melatih 1.400 orang tenaga pengajar untuk penerapan dan sosialisasi kurikulum terbaru," katanya.