REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Saleh Partaonan Daulay, menyarankan agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera merespons pernyataan Anis Matta, presiden PKS terpilih,yang menyebutkan adanya konspirasi dibalik penahan Luthfi Hasan Ishaaq.
Alasannya, kata Saleh, pernyataan seperti ini mengisyaratkan dua hal penting. Pertama, penangkapan yang dilakukan oleh KPK terkesan didasarkan atas pesanan orang lain.
''Kalau itu benar, patut diduga bahwa KPK bekerja tidak independen dan berada di bawah kendali pihak luar,'' ungkapnya kepada Republika Online (ROL), Sabtu (2/2).
Menurut dia, kalau KPK sudah tidak independen, berarti pemberantasan korupsi di Indonesia tidak punya masa depan. ''Apalagi, ada konspirasi dalam penanganan kasus korupsi. Itu tentu sangat berbahaya karena bisa jadi yang tidak salah menjadi korban.''
Kedua, lanjut Saleh, KPK melakukan tebang pilih dalam memberantas korupsi. Ia menilai pernyataan Anis itu seakan mengandung pesan bahwa KPK memang memilih untuk menebang PKS dan meninggalkan yang lain. Kalau itu benar, kredibilitas KPK patut dipertanyakan.
''Menyikapi hal itu, KPK sebaiknya memberikan jawaban terbuka atas dugaan konspirasi itu. Bagaimanapun juga, pernyataan Anis itu tidak boleh dipandang sebelah mata. Tuduhan adanya konspirasi adalah tuduhan serius yang perlu ditindaklanjuti,'' paparnya.
Di lain pihak, Saleh juga menyarankan agar Anis Matta segera membuka siapa sesungguhnya yang melakukan konspirasi terkait kasus Luthfi.
''Kalau bisa dibuktikan bahwa ada konspirasi, tentu harus dilawan. Penegakan hukum di Indonesia tidak boleh pandang bulu dan tidak boleh didasarkan atas perasaan like or dislike. Semua orang harus sama di mata hukum,'' tuturnya.
Menurut Saleh, Anis Matta harus bicara secara terbuka. ''Tanpa ada bukti yang jelas, pernyataan itu hanya bersifat apologetik. Tujuannya, Luthfi tidak salah, KPK salah tangkap.''