REPUBLIKA.CO.ID, PORT SAID -- Krisis politik tidak mengurangi antusiasme masyarakat Mesir terhadap sepak bola. Setahun absen lantaran kisruh politik dan kerusuhan, Liga Mesir kembali hidup.
Juara bertahan musim terakhir Alahly menjadi pembuka pertandingan tahun perdana pascarevolusi kali ini. Klub besar di Provinsi Port Said ini bertandang ke Ibu Kota Kairo, melawan kesebelasan Ghazl Elmahallah.
Sayang, pertandingan tanpa disaksikan para pendukung di dalam stadion. Keamanan melarang pendukung masing-masing kesebelasan menonton secara langsung. BBC Sport melansir pertandingan mendapat pengawalan ketat walau tanpa adanya fans.Tapi kondisi tanpa suporter tidak menghalangi keseriuasan kedua kesebelasan untuk berlaga.
Kemenangan akhir diraih Alahly dengan skor 0-1. Striker Dominique Da Silva membawa kemenangan bagi klub dari wilayah timur laut ibu kota itu.Pemaian sewaan asal Mauritania itu mengoyak gawang lawannya di menit ke-12.
Kemenangan Alahly membawa luapan emosi bagi para pemain. Da silva mengatakan kemenangan perdana ini adalah penghormatan bagi para korban tragedi di Mesir.
The New York Times melansir Da Silva yang melesat sambil melepaskan jersey usai menyarangkan bola ke gawang lawan. ''Kami tidak akan melupakan kalian,'' tertulis dalam kaus dalamnya.
Alahly adalah kesebelasan yang merajai Liga Afrika selama tujuh kali. Da Silva dan kawan-kawannya terakhir bertanding dengan pengalaman pahit. Bukan lantaran kalah dari kesebelasan ibu kota Almasry dengan skor 3-1, namun mereka juga kehilangan 74 suporternya pada Februari 2012.
Waktu itu bentrok antarsuporter pecah. Pendukung Almasry terprovokasi dengan aksi suporter tamu. Sebuah spanduk raksasa dikatakan telah menyinggung pendukung tim tuan rumah. Kerusuhan antar pemain dan suporterpun tidak terelakkan.Sebuah peradilan dibuka pekan lalu.
Hakim persidangan menjatuhkan vonis mati terhadap 21 dari 73 suporter Alahly. Kerusuhan kembali terjadi. Bahkan meluas ke provinsi-prosinsi tetangga seperti Suez dan Ismailiyah.
Keluarga terpidana menolak vonis tersebut. Tercatat 60 orang tewas. Dan lebih dari 600 orang lainnya terluka. Pelatih Timnas Mesir Bob Bradley mengatakan keyakinannya dengan sepak bola yang dapat mencairkan situasi keras di Negara Piramida itu.
Kata dia, Piala Dunia 2014 mendatang dapat menjadi titik pemersatu masyarakat di Mesir. Pelatih asal Amerika Serikat (AS) ini ikut prihatin dengan situasi keamanan di tempat dia berada sekarang. Dia kecewa dengan pertandingan perdana tanpa adanya teriakan suporter.