REPUBLIKA.CO.ID, CIBINONG -- Alam Indonesia menyimpan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) yang strategis ini membuat bangsa lain tertarik meneliti dan mengembangkannya.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan National Science Foundation (NSF) Amerika Serikat mengadakan diskusi sebagai upaya mengungkapkan kekayaan genetik biodiversitas negeri ini. Para peneliti kedua pihak dari berbagai bidang ilmu keanekaragaman hayati berkumpul untuk mengembangkan teknologi penelitian yang tepat.
Kepala LIPI, Lukman Hakim, mengatakan ancaman kepunahan membayangi Indonesia. Menurutnya ancaman kepunahan keanekaragaman hayati di hutan, danau, teluk, pegunungan dan pulau-pulau kecil di nusantara perlu mendapat perhatian signifikan.
"Ancaman tersebut akibat penambangan emas, timah, batu kapur, batu bara, pembangunan hotel, pembukaan perkebunan industri dan lainnya," katanya saat ditemui di Gedung Botani Mikrobiologi Puslit Biologi, Cibinong Science Center, Bogor, Senin (4/1).
Perhatian dan penyelamatan keanekaragaman hayati dengan ekosistem unik menjadi tantangan tersendiri. Tantangan ini perlu segera diselesaikan dengan pemanfaatan biodiversitas yang diarahkan secara berkelanjutan. Kerja sama penelitian antara LIPI dan NSF diharapkan secara konkret mampu memberikan manfaat secara teknologi biodibersitas untuk mengungkap kekayaan genetik yang berguna bagi masyarakat dan industri.
Acara bertajuk Workshop LIPI-NSF on Biodiversity merupakan rangkaian kegiatan yang ditargetkan oleh Joint Commission Meeting (JCM) dengan subtema biodiversity dan marine biology antara pemerintah Indonesia dan AS pada 2012. JCM merupakan tindak lanjut penandatanganan kerjasama Iptek Indonesia dan AS pada awal pemerintahan Barack Obama.
Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Witjaksono, menambahkan kerjasama ini akan membangun kerangka riil untuk penelitian bersama di masa mendatang. Arahnya adalah mampu membantu meningkatkan mutu penelitian dan kapasitas individu peneliti kedua belah pihak.