REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Pemerintah Jepang mengeklaim telah mendeteksi radar kapal selam Cina dalam posisi siap menembak di Laut Cina Timur.
“Memproyeksikan radar kontrol kapal dalam posisi tembak merupakan hal yang sangat tidak biasa. Satu kesalahan akan menjadikan situasi makin berbahaya,” ujar Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/2) malam.
Kondisi yang ditemuinya pada 30 Januari lalu itu disinyalir bakal menambah ketegangan hubungan antarnegara rival tersebut. Hal itu pun dilaporkan pada Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Kantor berita Jepang, Kyodo, menyebutkan Abe kemudian memerintahkan Onodera agar menyelesaikan urusan penting tersebut dengan kepala dingin dan tidak terprovokasi pihak lain.
Bukan hanya sekali ini saja pihak Jepang merasa menjadi target. Onodera menyebutkan, kejadian serupa terdeteksi pada 19 Januari lalu. Saat itu sebuah kapal AL Cina mengaktifkan radar kontrol tembaknya pada sebuah helikopter militer Jepang.
Pihak Cina tidak mau memberikan komentarnya terhadap pernyataan Jepang tadi. Hanya melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, tersirat penilaian jika Negeri Tirai Bambu ini hanya menganggap laporan itu sebuah upaya provokasi.
“Hal terpenting bagi Jepang untuk menghentikan upaya provokasi terus menerus seperti itu dengan mengirim armada laut dan udaranya di sekitar Kepulauan Diaoyu. Kemudian cara ampuh untuk mengontrol dan menyelesaikan masalah ini hanya dengan mengajak berunding Cina,” jelas Chunying.
Amerika Serikat pun tidak tinggal diam dengan berbagai laporan terkait perseteruan dua negara. Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS, Victoria Nuland, di Washington menyatakan, aksi-aksi provokatif akan mengganggu perdamaian, stabilitas, hingga perkembangan ekonomi kedua negara ikon pertumbuhan Asia itu.
Dia berharap, pertemuan antara Abe dengan pemimpin Cina, Xi Jinping, pada Maret mendatang bisa meredam permusuhan bak kucing dan tikus ini. Sinyalemen perbaikan hubungan itu juga dinyatakan rekan politisi Abe, Natsuo Yamaguchi. Menurutnya, pertemuan yang paling lambat terlaksana di awal April akan mengupayakan kedua belah pihak untuk mencari solusi terbaik.