REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama memperingatkan Cina terkait sejumlah konsekuensi yang harus dihadapi jika masih menyokong proyek uji nuklir Korea Utara (Korut).
Melalui Sekretaris Kabinet AS John Kerry yang menghubungi Menteri Luar Negeri Cina Yang Jiechi, Obama menyelipkan pesan provokatif. Seperti dikutip dari AP, Kerry menyampaikannya dengan landasan Resolusi PBB yang telah disepakati Januari 2013 lalu. Termasuk membahas sikap AS terhadap kasus Jepang dan Korea Selatan (Korsel).
Juru Bicara Departemen Pertahanan AS Victoria Nuland membeberkan sejumlah fakta dalam konferensi pers tentang sikap Negeri Paman Sam ini pada ketiga negara tersebut. Khusus Korut, AS bersikap tegas melaksanakan komitmen untuk menjadi penjaga keamanan internasional.
“Jika sikap provokatif berlanjut, kita tak bisa hanya menonton. Bila (Kim) Jong-un mengambil sikap lebih jauh yang mengganggu kesepakatan internasional, kita pun juga harus bersikap,” jelas Nuland, Selasa (5/2) malam.
Nuland menegaskan bahwa seluruh negara telah menyetujui isi resolusi. Termasuk negara Cina yang selama ini dikenal sebagai sekutu Korut. Resolusi yang hadir karena rencana Korea Utara mengadakan uji misil ketiganya pada Desember lalu ini juga disertai sanksi lebih tegas.
Cina adalah satu-satunya negara di Asia yang merupakan sekutu dekat Korut. Keduanya memiliki hubungan militer dan ekonomi sejak Korut menjadi negara komunis. Cina diduga memasok persenjataan berat untuk program rudal balistik.
Bila terbukti, Cina bisa dinilai melanggar resolusi PBB tahun 2006 dan 2009 yang melarang negara-negara untuk membantu roket Korut.
Pemerintah Beijing membantah telah melanggar resolusi PBB. Sementara itu, pemerintah Pyongyang bersikeras tetap akan melakukan uji coba nuklir dan tidak mengakui resolusi PBB.