Kamis 07 Feb 2013 07:39 WIB

Di Bandar Lampung, Daging Sapi Rp 95 Ribu per Kg

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Mansyur Faqih
Daging sapi (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Daging sapi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Di balik gencarnya kasus impor daging sapi, harga komoditas tersebut di pasar tradisional melonjak tajam. Di Kota Bandar Lampung, harganya bahkan mencapai Rp 95 per kilogram (kg). 

Penjual daging sapi pun mengaku merugi. Karena selain pasokan berkurang juga minat pembeli melemah.

Para penjual daging sapi di pasar tradisional kota Bandar Lampung mengaku pasokan daging sapi berkurang sepekan terakhir. Baik dari penjagalan atau pemilik sapi. Hal itu diakui penjual di Pasar Cimeng, Pasar SMEP, dan Pasar Tugu, 

Bahkan banyak penjual daging sapi beralih berdagang komoiditas lain yang lebih menjanjikan keuntungan.

Lekmin, penjual daging sapi di Pasar SMEP, Bambu Kuning, menjelaskan, pasokan daging sapi sudah berkurang sejak awal Januari lalu. Saat itu, harga daging sapi sudah naik dari Rp 75 ribu menjadi Rp 80 ribu per kg.

"Sekarang sudah naik lagi Rp 95 ribu per kg," kata dia. 

Setelah harga tembus Rp 95 ribu per kg, jumlah pembeli semakin berkurang, bahkan sepi. Para penjual daging banyak yang tidak balik modal. 

Akhirnya, kata dia, penjual daging sapi berbalik menjual ayam potong.

Hal sama disampaikan Yanto, penjual daging sapi di Pasar Cimeng. Saat ini, ia menjual daging sapi Rp 90 ribu per kg. "Sepi sekarang pembeli daging sapi, harganya sudah mahal," ujarnya.

Yanto mengaku merugi menjual daging sapi, karena pembeli merosot. Ini lantaran harus menanggung penurunan omset berkisar 15 hingga 20 persen.

Lampung dikenal dengan lumbung sapi nasional. Data yang diperoleh di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Lampung, stok sapi di Lampung mencapai 742.776 ekor per Desember 2012.

Terdiri dari di peternakan lokal 671.908 ekor, peternakan rumah tangga 45.423 ekor, dan sisanya di pedagang. Sedangkan kebutuhan sapi potong di Lampung berkisar 30-40 ribu ekor per tahun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement