REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Jakarta perlu berguru kepada Belanda untuk mengatasi banjir yang saban tahun mengepung ibu kota.
Ya, Belanda bisa dijadikan rujukan dalam mengatasi banjir di Jakarta. Soalnya, kondisi Belanda dan Jakarta mirip, dimana 25 persen wilayahnya berada di bawah permukaan air laut.
Hal itu terungkap dalam forum diskusi yang diadakan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Utrecht, Belanda, bekerjasama dengan Institute for Science and Technology Studies (ISTECS) Belanda. Diskusi itu membahas masalah banjir di Indonesia, khususnya Jakarta.
Rencana pembuatan tanggul penahan laut pasang di sepanjang pantai Jakarta perlu diapresiasi. Soalnya, hal ini terbukti keberhasilannya di Negeri Kompeni.
Siswanto, kandidat PhD bidang perubahan iklim dan hidrologi pada Utrecht University mengatakan guna mengendalikan banjir, forum kajian PPI Utrecht dan ISTECS mendorong pemerintah mengoptimalkan pengendalian banjir dengan cara konvensional. Meski belum optimal, tapi cara itu terbukti kebenarannya, daripada mengadopsi cara baru yang masih diragukan kebenarannya.
Guna mengendalikan banjir, forum menyarankan pemerintah melakukan penanganan secara menyeluruh, dari hulu sampai hilir sebagai satu kesatuan sistem daerah aliran sungai.
Pengendalian banjir dengan cara kovensional dilakukan dengan pembangunan tanggul, situ, retention basin, waduk, sumur resapan, meningkatkan intensitas pengerukan sungai, serta meluaskan penghijauan.
"Jika daerah hilir ditangani namun daerah hulu tidak, maka permasalahan banjir itu tidak akan pernah selesai," ungkapnya.