REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Berdasarkan data pengamatan curah hujan selama sepuluh tahun terakhir, saat banjir terjadi di Jakarta, curah hujan di Bogor selalu jauh lebih rendah daripada di Jakarta.
Menurut Siswanto, kandidat PhD bidang perubahan iklim dan hidrologi pada Utrecht University, tidaklah bijak jika menyalahkan banjir di Jakarta diakibatkan perubahan iklim atau pemanasan global.
Hal itu disampaikan Siswono dalam forum diskusi yang diadakan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Utrecht, Belanda, bekerjasama dengan Institute for Science and Technology Studies (ISTECS) Belanda. Diskusi itu membahas masalah banjir di Indonesia, khususnya Jakarta.
Siswono menjelaskan forum diskusi itu digelar untuk mencari solusi mengurai banjir. Menurut Siswono, banjir di Jakarta lebih sebabkan penurunan permukaan tanah di ibu kota terhadap permukaan laut yang diperparah pasang air laut (ROB), yang terhambat air mengalir ke laut.
Argumentasi ini didasarkan pada data pemanasan global hanya berkontribusi terhadap kenaikan air laut sekitar 10 sentimeter selama lebih dari 30 tahun terakhir. "Sedangkan tingkat penurunan tanah di Jakarta amat masif, mencapai 17 sentimeter per tahun," sebut Siswono, Jumat (8/2).
Penurunan tanah ini diyakini Siswono dipicu pengambilan air yang tidak terkontrol oleh Mall, Hotel, Apartemen, dan Industri lainnya. "Sehingga, ada irisan penyebab faktor iklim. Namun penyebab utama banjir terletak di dalam Jakarta itu sendiri," selorohnya.
Karenanya, ia merekomendasikan sebaiknya pemerintah fokus memperbaiki masalah di internal. "Dan bukan melempar masalah ke perubahan iklim," ujarnya.