REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang dilakukan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) bukanlah usaha untuk memindahkan awan hujan ke daerah lain. Alasannya, tidak mungkin awan dapat dipindahkan.
"Yang benar adalah bagaimana awan yang mempunyai potensi hujan besar di daerah target tidak terjadi sebesar potensi yang dimilikinya," ujar peneliti senior UPT Hujan Buatan BPPT Mimin Karmini, Jumat (8/2).
Dengan begitu, lanjut dia, maka jumlah curah hujan akan berkurang. Dengan kata lain, ia menyebut TMC sebagai distribusi curah hujan secara spasial dan untuk jangka waktu sementara.
Hingga saat ini operasi TMC masih terus berlangsung. Operasi tersebut merupakan salah satu upaya pengendalian banjir di DKI Jakarta yang dimulai sejak 26 Januari hingga 25 Maret 2013.
Sampai 7 Februari, aktivitas penerbangan untuk penyemaian awan telah menghabiskan bahan semai garam sebanyak 93,6 ton dengan 28 kali penerbangan. Lokasi penyemaian awan telah dilakukan di sekitar pantai barat Pulau Jawa dan wilayah timur dan timur laut Jakarta.
"Untuk saat ini, kami fokus melakukan penyemaian di selatan Jakarta karena banyak terdapat awan berpotensi hujan di sana," ujar Peneliti Meteorologi Tropis BPPT Tri Handoko Seto yang juga terjun langsung dalam operasi TMC.
Sampai Maret, diperkirakan TMC akan menghabiskan sekitar 300 ton garam. Ia mengatakan setiap hari timnya mendata kondisi cuaca dari enam lokasi di sekitar Jabodetabek. Cuaca di Jakarta, menurutnya, sangat dipengaruhi oleh cuaca lokal.
Tim TMC akan selalu siaga dan memantau radar. Selain itu tim juga memperkuat armada dengan menyiagakan satu pesawat Cassa di Pondok Cabe.
"Kami akan berupaya semaksimal mungkin," katanya.