REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Gadjah Mada, Ary Dwipayana, menilai ketergantungan Partai Demokrat kepada SBY dalam menyelesaikan mencerminkan Partai Demokrat belum menjadi partai modern.
Demokrat seakan memitoskan SBY sebagai figur yang serba bisa. “Kalau SBY turun tangan malah membuat Demokrat semakin tidak jelas. Seolah-olah SBY bisa melakukan apa saja,” katanya, Jumat (8/2).
Menurut Ary, Partai Demokrat mestinya menyelesaikan problem internalnya lewat mekanisme partai. Dia mengatakan saat ini ada dua piliha yang bisa diambil SBY. Pertama mengganti Anas sebagai ketua umum. Kedua melakukan pembagian kekuasaan dengan Anas dalam penentuan kebijakan partai.
Ary mengatakan bila pilihan melengserkan Anas dipilih maka soliditas Partai Demokrat jelang Pemilu 2014 bakal terganggu. Hal ini karena menurut Ary sebagian besar pengurus DPP dan DPD di daerah berasal dari faksi Anas. “Karena resistensi di tingkat bawah cukup kuat,” ujarnya.
Sementara itu bila SBY mengambil langkah pembagian kekuasaan, misalnya dengan meminta Anas agar dewan Pembina diberi kewenangan menentukan caleg, Anas belum tentu mau memenuhinya. “SBY bisa membatasi kewenangan Anas dalam menentukan caleg. Strategi kampanye ditetap wanbin. Tapi apakah Anas mau?” katanya.