Ahad 10 Feb 2013 19:18 WIB

Begini Jurus Pemerintah Venezuela Selamatkan Perekonomiannya

Rep: Friska Yolandha / Red: Citra Listya Rini
Wakil Presiden Venezuela Nicolas Maduro
Foto: Reuters
Wakil Presiden Venezuela Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Salah satu jurus Pemerintah Venezuela untuk menyelamatkan ekonomi negaranya yaitu melakukan devaluasi mata uang terhadap dolar AS sebesar 32 persen. Devaluasi ini merupakan yang kelima kalinya dilakukan dalam sembilan tahun atas perintah presiden Venezuela Hugo Chavez.

Wakil Presiden Veneziela Nicolas Maduro mengatakan devaluasi diperlukan untuk mengoptimalkan pendapatan, termasuk pendanaan program sosial unggulan yang populer di kalangan miskin Venezuela. 

"Presiden memerintahkan ini dengan kesadaran penuh untuk menjamin pertumbuhan ekonomi negara dan diversifikasi tahun ini," kata Maduro seperti dilansir laman Reuters, Ahad (10/2).

Keputusan ini berbuah cemooh dari pemimpin oposisi. Mereka menilai devaluasi merupakan bukti ketidakmampuan ekonomi negara tersebut, sementara rakyat Venezuela mencemaskan kenaikan harga dan menutup toko mereka. Meskipun Chavez belum terlihat di depan umum sejak operasi kanker dua bulan lalu di Kuba, ia telah memberi mandat kepada Kementerian Keuangan untuk kembali melakukan devaluasi. 

Kali ini devaluasi dilakukan sebesar 32 persen.Ekonom menilai hal ini sebagai keharusan, namun secara umum tidaklah populer bagi masyarakat Venezuela. Pemimpin oposisi Henrique Capriles menilai Maduro yang menjadi pelaksana tugas Chavez telah menyia-nyiakan pendapatan dari harga minyak yang tinggi dengan devaluasi tersebut. 

"Mereka menghabisi negara ini. Mereka menghabiskan uang untuk kampanye pemilu, korupsi dan hadiah," ujar Capriles melalui akun twitter miliknya.Devaluasi berlaku mulai Rabu (13/2), empat hari sebelum Karnaval Venezuela. 

Hal ini dilakukan untuk meminimalisir dampak politik dan pasar. Devaluasi ini bertujuan untuk meminimalisir pengeluaran dan memaksimalkan hasil. Pengaruhnya adalah membuat ekspor lebih terjangkau sehingga nilai ekspor akan lebih tinggi. 

Namun langkah ini akan mempercepat inflasi tahunan yang mencapai 22 persen pada Januari. Inflasi yang terjadi pada Januari merupakan yang tertinggi selama delapan bulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh lonjakan harga pangan. 

Harga naik 3,3 persen pada Januari setelah akhir tahun lalu naik 3,5 persen.Wall Street memuju tindakan negara tersebut, meskipun analis menilai sudah terlambat. Hal ini akan memberikan dampak signifikan terhadap keuangan negara setelah kehabisan dana usai belanja kampanye tahun lalu. 

Analis menghitung devaluasi akan memberikan pendapatan ekstra setara tiga persen dari PDB dan membantu menutup defisit fiskal sebesar 7-15 persen dari PDB tahun lalu. Devaluasi yang dilakukan pemerintah akan mengurangi setengah dari total defisit anggaran. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement