REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pasukan keamanan Arab Saudi menahan puluhan wanita dan sedikitnya lima anak dalam satu aksi demonstrasi mengecam pemerintah. Wanita dan anak-anak itu ditahan pada Sabtu (9/1) waktu setempat setelah demonstrasi anti pemerintah terjadi di dua kota di Saudi, Riyadh dan Buraida.
Dalam aksinya, para wanita dan anak-anak itu meminta pihak berwenang membebaskan anggota keluarga mereka yang ditahan bertahun-tahun tanpa akses ke pengacara atau pengadilan.
Aktivis HAM Saudi, Mohammed Al-Qahtani mengatakan, pendemo merupakan keluarga dari tahanan politik. "Mereka meminta pihak berwenang untuk membawa tahanan itu ke pengadilan atau dibebaskan," ungkap dia seperti dikutip PressTV, Senin (11/2).
Aktivis mengatakan ada lebih dari 30 ribu tahanan politik di Saudi. Pada Oktober 2012, Amnesty Internasional meminta otoritas Saudi menghentikan penggunaan kekerasan yang berlebihan pada pendemo.
"Pihak berwenang Saudi harus mengakhiri gerakan yang menahan upaya rakyat untuk bersuara melawan kesewenang-wenangan negara," ungkap Direktur Amnesty Internasional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Philip Luther.
Ada banyak demonstrasi yang dilakukan warga Saudi di provinsi bagian timur sejak Februari 2011. Mereka menyerukan reformasi politik.
Demo anti pemerintah meningkat sejak November 2011, ketika pasukan keamanan menembaki demonstran di Qatif yang menewaskan lima orang dan melukai puluhan orang.