REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandangan negatif terhadap santri seperti ungkapan; santri kampungan, hanya sarungan dan terbelakang, terjawab sudah dengan munculnya pesantren modern yang memberikan pendidikan umum dan agama secara imbang. Tak sedikit, lembaga pesantren kini berprestasi hingga tingkat internasional.
Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah salah satu contohnya. Pesantren yang terletak di Jalan Karamat No. 123 Kota Sukabumi ini, mendidik para santrinya dengan pengetahuan agama yang cukup dan pengetahuan umum yang sesuai dengan sistem pendidikan nasional, sehingga santrinya berprestasi.
Tak hanya itu, menurut Ustaz Ahmad Dzaki Salim MA, pimpinan Pesantren Hayatan thayyibah, pesantren ini memiliki jaringan yang luas dengan lembaga pendidikan internasional di Singapura, Malaysia, Jepang, Turki, Prancis, Inggris hingga Amerika Serikat. Banyak santrinya yang menikmati pendidikan di negara tersebut.
Muhammad Fahmi Taufiqurrahman, asal Sukabumi adalah salah satu santri yang mendapat kesempatan berangkat ke Amerika Serikat. Selama satu tahun ia mengikuti program pertukaran pelajar bersama peserta lain dari seluruh Indonesia yang berjumlah 90 orang.
Di Negri Paman Sam, Fahmi tinggal di salah satu keluarga (Host family) yang memiliki toleransi yang sangat tinggi. Walaupun beda agama, Fahmi dengan leluasa menjalankan shalat dan ibadah lainnya.
Di sana Fahmi belajar di Monroe High School, sekolah menengah atas. Berbagai pengalaman dialami Fahmi selama berada satu tahun di sana. Selain kemampuan bahasa Inggris yang semakin terasah, ia juga mendapatkan beberapa mata pelajaran yang sudah pernah diajarkan di pesantren.
Ketika mengikuti pelajaran matematika, Fahmi tidak kaget, karena di pesantren ia diajarkan pelajaran tersebut. Bahkan dia mampu menyelesaikan pelajaran matematika di sekolah itu dengan nilai sangat memuaskan. Begitu juga dengan pelajaran fisika, kimia, biologi, bahasa Inggris, sosiologi dan lain sebagainya.
''Alhamdulillah, semua pelajaran itu sudah Fahmi dapatkan di pesantren. Ketika belajar di Monroe High school di Amerika Serikat, dia tinggal melanjutkan dan dengan mudah mengikuti pelajaran-pelajaran tersebut,'' jelas Ustaz Ahmad Dzaki Salim MA kepada Republika, Senin (11/2).
n