Senin 11 Feb 2013 17:55 WIB

Indonesia Layak Jadi Pusat Peradaban Islam

Rep: agus raharjo/ Red: Damanhuri Zuhri
Universitas Al Azhar Kairo
Universitas Al Azhar Kairo

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Pendidikan Islam di Indonesia dinilai mampu menjadi pusat pembangunan peradaban Islam baru. Sebab, Indonesia memenuhi syarat-syarat untuk menjadi pusat peradaban Islam baru di dunia.

Di antaranya, jumlah mayoritas pemeluk Islam di Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Selain itu, Muslim di Indonesia dinilai paling moderat dengan berbagai kelompok-kelompok Islam yang ada.

Terlebih, pendidikan Islam di Indonesia sudah mengalami perkembangan yang terus meningkat. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya minat mahasiswa luar negeri yang belajar di lembaga pendidikan Islam di Indonesia.

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Prof Imam Suprayogo yakin Indonesia mampu menjawab tantangan mewujudkan pusat pembangunan peradaban Islam dunia.

Syaratnya, harus ada kesatuan dan kebijakan pemimpin negara untuk membenahi lembaga pendidikannya. “Lewat pendidikan Islam yang ditata secara benar, Islam akan bangkit dan pelopornya justru dari Indonesia,” kata Imam kepada Republika, Ahad (10/2).

Ketua Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (SPMB-PTAIN) itu menambahkan, harus ada keberanian untuk mengubah paradigma Islam secara mendasar. Artinya, pendidikan Islam tidak boleh hanya dimaknai sebatas melatih kegiatan ritual atau mengenalkan halal dan haram.

Namun, juga harus didasarkan pada pendidikan yang membuahkan kesadaran eksistensi diri sebagai makhuk di dunia. Hal itulah yang dapat menjadikan peserta didik mampu berperan sebagai pemimpin di dunia.

Selain itu, Indonesia harus mulai berani mempromosikan lembaga pendidikan ke luar negeri. “Saat ini, UIN Maulana Malik Ibrahim sudah membuktikan, lembaga pendidikan Islam di Indonesia mampu. Terbukti, UIN Malang sudah menerima mahasiswa asing dari 20 negara,” kata Imam.

Sebelumnya, Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan, mulai 2014 nanti harus ada promosi lembaga pendidikan Islam di kancah Internasional. Saat ini, Direktorat Pendidikan Islam sedang membuat konsep promosi tersebut.

Menurut Suryadharma, lembaga pendidikan tinggi agama Islam di Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan negara lain. “Indonesia merupakan laboratorium penelitian yang banyak tentang Islam,” kata dia.

Selain itu, Indonesia memiliki daya tarik dalam kajian Islam dibandingkan negara di Timur Tengah. Lembaga pendidikan Islam di Indonesia juga telah mengalami banyak peningkatan.

Misalnya, dengan banyaknya perubahan status perguruan tinggi Islam dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) atau lebih tinggi lagi menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

Penerimaan mahasiswa baru

Mulai tahun ini, penerimaan mahasiswa baru Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) akan membuka jalur penerimaan mahasiswa melalui penjaringan prestasi akademik siswa untuk calon mahasiswa.

Jalur Prestasi akademik Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (SPMB-PTAIN) menjadi mekanisme seleksi berdasarkan penjaringan prestasi akademik tanpa ujian tertulis.

Direktur Jenderal Pendidikan Agama Islam Prof Nur Syam mengatakan, SPMB-PTAIN ini merupakan bagian dari pengembangan akses pendidikan. Sebab, rencana strategis sampai 2014 adalah untuk pengembangan akses pendidikan.

“Biaya pendaftaran bagi jalur prestasi akademik memang ditanggung pemerintah. Sebab, pemerintah masih memiliki dana untuk membiayai,” ujarnya.

Nur Syam menambahkan, targetnya program studi yang dimiliki PTAIN akan dilakukan dalam penerimaan SPMB. Tahun 2012 jumlah program studi yang sudah dibuka melalui SPMB masih 760 prodi. Padahal, jumlah prodi yang dimiliki PTAIN saat ini sebanyak 1.200 prodi.

n

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement