REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penduduk Amerika Latin adalah rumah bagi 42 persen umat Katolik sedunia, setara dengan 1,2 miliar jiwa. Amerika Latin berharap paus baru pengganti Benediktus XVI bukan dari Eropa, setelah lebih dari 2.000 tahun paus selalu berasal dari Eropa.
Paus Benediktus XVI, melalui sekretaris pribadinya, Federico Lombardi, kemarin, mengumumkan pengunduran dirinya yang berlaku efektif mulai pukul 20.00 waktu setempat, 28 Februari nanti. Konklaf untuk memilih paus baru diupayakan sebelum Paskah pada akhir Maret nanti.
Sekadar ilustrasi, Eropa menjadi rumah bagi "cuma" 25 persen umat Katolik di dunia. Namun, Gereja Katolik di Amerika Latin dalam beberapa tahun terakhir kalah bersaing dengan Protestan dan kelompok evangelis lain.
Sejak Roma memecah tradisi yang telah bertahan ribuan tahun pada 1978, dengan mengangkat paus non Italia, Yohanes Paulus II, para pemeluk di Amerika Latin telah memupuk harapan suatu saat putra dari kawasan ini dapat memimpin Gereja Katolik di seluruh dunia.
"Penunjukan seorang Amerika Latin sebagai paus dapat menjadi politik yang bagus bagi Gereja. Banyak pemeluk Katolik di sini, namun perkembangannya tertinggal dari agama lain," kata Acacia Ramirez, seorang aktuaris berusia 36 tahun di Mexico City.
"Sekarang ini waktu yang tepat untuk seorang paus berkulit hitam, atau berkulit kuning maupun merah, atau seorang Amerika Latin. Bisa juga paus dari Asia dan benua lain muncul," kata Uskup Agung Guatemala, Oscar Julio Vian Morales, setelah pengumuman pengunduran diri Benediktus XVI.
"Saat ini Gereja sedang mencari seseorang dengan pengalaman luas, dari Jepang sampai Alaska, dan dari Chile sampai dengan Kanada," kata Uskup Agung Pretoria, William Slattery, kepada Reuters, Selasa (12/2).