Selasa 12 Feb 2013 23:38 WIB

DK PBB Gelar Sidang Darurat Terkait Ujicoba Nuklir Korea Utara

Sebuah pembangkit nuklir di Wolsung, Korea Utara (Foto: dok). Dua pembangkit nuklir Korea Selatan ditutup setelah ada kerusakan alat, Selasa (2/10).
Foto: AP
Sebuah pembangkit nuklir di Wolsung, Korea Utara (Foto: dok). Dua pembangkit nuklir Korea Selatan ditutup setelah ada kerusakan alat, Selasa (2/10).

REPUBLIKA.CO.ID,NEW york--Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa pada Selasa mengadakan pembicaraan darurat mengenai uji coba bom nuklir ketiga Korea Utara dalam tujuh tahun di tengah kecaman bulat oleh kekuatan utama Pyongyang.

Dewan 15-anggota diharapkan untuk menyetujui setidaknya pernyataan kecaman pada konsultasi tertutup pertama mengenai penyebaran baru krisis, kata para diplomat.

"Saya berharap akan ada lebih dari satu pernyataan," kata utusan PBB Prancis Gerard Araud saat memasuki pertemuan.

"Kami tentu berharap bahwa dewan akan dapat mengirim pesan yang jelas dari kecaman keras," kata Philip Parham, wakil duta besar Inggris untuk PBB kepada wartawan.

Bulan lalu, dewan mengancam "tindakan yang signifikan" terhadap Korea Utara jika menggelar uji coba nuklir. Korea Utara telah menghadapi sanksi ketat PBB atas uji coba senjata nuklirnya pada tahun 2006 dan 2009.

Korea Utara mengatakan, pihaknya berhasil melakukan uji coba sebuah bom "miniatur" dalam langkah menantang yang membawa pertunjukan langka kesatuan protes oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan - Amerika Serikat, Cina, Rusia, Inggris dan Prancis.

Cina, sekutu terdekat Pyongyang, memanggil duta Korea Utara di Beijing untuk mengajukan protes.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan ia berharap Dewan Keamanan mengambil tindakan. "Tindakan-tindakan tersebut adalah kecaman yang memadai," katanya dalam satu kunjungan ke Afrika Selatan.

Presiden AS Barack Obama menyerukan perlunya tindakan "cepat" dan "kredibel" internasional terhadap Korea Utara.

Para diplomat mengatakan bahwa meskipun ada tekanan kuat untuk sanksi, Dewan Keamanan kemungkinan akan menyetujui pernyataan pada Selasa dan kemudian dengan segera mulai menggarap mengenai resolusi pada sanksi.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement