Rabu 13 Feb 2013 08:12 WIB

Banjir Lahar, Penambangan Pasir Diminta Hentikan Aktivitas

Rep: Andi Ikhbal/ Red: Dewi Mardiani
Banjir lahar dingin
Foto: Antara
Banjir lahar dingin

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman mengusulkan agar penambangan pasir di sekitar sungai Lereng Merapi dihentikan sementara. Hal tersebut dilakukan guna mengadakan evaluasi normalisasi sungai yang teraliri material vulkanik.

Kepala Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral (SDAEM), Widi Sutikno menyatakan, selama masa jeda pihaknya akan menata kembali daerah aliran sungai di Kali Gendol, Krasak, Boyong, Kuning, Progo, dan Opak. Upaya tersebut berhubungan erat dengan mitigasi bencana banjir lahar dingin.

“Kami sudah ajukan permohonan ke Bupati dengan waktu jeda yang diusulkan yakni, dua bulan terhitung mulai 28 Februari 2013,” kata Widi pada wartawan, Rabu (13/2).

Evaluasi yang dilakukan meliputi beberapa hal, di antaranya, lokasi, waktu menambang, lebar dan kedalaman sungai, serta tonase kendaraan, sehingga hasil normalisasi dapat diukur. Dia mengimbau, bila nantinya usulan tersebut disetuji, perusahan dan warga yang beraktifitas di sana harus patuh.

Sebelumnya banjir lahar dingin terjadi di kawasan Kali Gendol, Cangkringan. Peristiwa tersebut menewaskan seorang warga yang diduga supir truk pengangkut pasir. Namun hingga kini, identitas korban tersebut belum diketahui.

Selain melan korban jiwa, satu orang dinyatakan selamat dengan kondisi luka parah di bagian kepala dan kakinya. Namun, saat ini, korban luka tersebut sudah ditangani pihak RS Panti Nugroho, Pakem, Sleman.

 

Kemudian, menurut pantauan Republika, ada empat truk dan satu alat berat yang tertimbun material vulkanik. Lalu, berdasarkan informasi warga, ada dua truk lainnya hanyut terbawa aliran lahar hingga mengalamai kerusakan parah.

Kejadian berlangsung pada Selasa (12/2) sore sekitar pukul 17.00. Lahar dingin yang menyapu Kali Gendol itu dipicu hujan lebat yang terjadi sejak pukul 13.00 WIB hingga malam tadi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement