REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Iran mulai memasang dan membangun berbagai peralatan baru di wilayah nuklir sekitar Natanz, Provinsi Isfahan. Langkah tersebut merupakan bagian dari awal pembicaraan Iran dengan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Kepala Badan Tenaga Atom Iran, Fereydoon Abbasi, sebagaimana dikutip The New York Times, mengatakan ilmuwan sudah mulai meletakkan sejumlah mesin sejak sebulan lalu. "Kami telah memproduksi mesin-mesin yang dibutuhkan. Kita akan meneruskan proses instalasi bertahap," kata Abbasi, Rabu (13/2).
Iran memberitahukan rencana tersebut kepada Badan Energi Atom Internasional PBB sebulan lalu bahwa Negara Republik Islam itu akan memasang peralatan baru di area propinsi sebelah selatan Ibu Kota Iran. Tujuannya adalah mempercepat produksi uranium. Hal ini dinilai semakin mengkhawatirkan Amerika Serikat, Israel, dan Barat pada umumnya.
Kantor berita Iran, Fars, sebagaimana dikutip The New York Times, menulis Fareydoon menyatakan instalasi tersebut mampu menambah produksi uranium kurang dari lima persen, tidak sampai tingkatan kedua puluh yang menandakan penggunaan nuklir untuk kepentingan persenjataan.
Pada Selasa (12/2) lalu, Iran menyatakan mengubah sekitar 20 persen uraniumnya menjadi bahan bakar reaktor. Sejumlah diplomat di Wina menyatakan sekali saja hal itu dilakukan maka akan sulit untuk kembali mengubahnya menjadi senjata. Sementara itu, Iran membantah membangun nuklir untuk kepentingan persenjataan.
Pejabat Iran menemui Wakil Direktur Badan Tenaga Atom PBB, Herman Nackaerts, di Tehran. Dia adalah tokoh yang berupaya keras mendapatkan akses menuju area militer terbatas di sekitar Parchin, yang berjarak 20 mil selatan Teheran.
Pengawas internasional mencurigai area tersebut dimanfaatkan untuk menguji bom. "Masalah bisa terjadi. Kami akan bekerja keras untuk memecahkan hal ini," jelasnya di Wina, sebelum berangkat ke Tehran, sebagaimana dikutip kantor berita Pemerintah Iran, IRNA. Kantor berita tersebut mengutip pernyataan Presiden Ahmadinejad yang berujar Iran sudah menjadi negara nuklir.