REPUBLIKA.CO.ID, Belum selesai publik Singpura terhenyak dengan kasus Ng, muncul kasus lain yang juga melibatkan pejabat pemerintah. Kasus upeti 'esek-esek' ini menimpa Pimpinan Pertahanan Sipil Singapura, Peter Lim.
Dia mengaku menikmati gratifikasi tak lazim itu sebanyak dua kali di rumahnya. Pemberi gratifikasi, adalah rekanan yang mengincar tender di instansi yang dipimpinnya.
Dengan dua perusahaan IT, si rekanan menyewa wanita lain untuk menservis pejabat. Sedangkan servis bagi Lim diberikan sendiri oleh direktur perusahaan itu, NCS, Esther Goh Tok Mui.
Mengapa servis diberikan di rumahnya? Penelusuran wartawan Straits Times menemukan fakta menarik: tak seperti apartemen lainnya, kondominium mewah tempat Lim tinggal sangat istimewa karena mempunyai lift khusus dari tempat parkir di basement dan lantai satu.
Namun penyelidikan lanjutan menemukan fakta lain: Lim tak hanya dilayani satu wanita, tapi tiga wanita yang berbeda sekaligus.
Antara Mei 2010 hingga November 2011, ia secara aktif menikmati upeti seksual dari wanita yang berbeda pada waktu yang berbeda, mulai dari di tempat parkir yang terpencil, di sebuah apartemen, dan bahkan hingga saat pesiar ke Prancis.
Bagi Singapura, kasus ini jelas merupakan tamparan. Saat negara ini dipuji-puji karena pemerintahannya yang paling "bersih" di antara para jirannya di ASEAN, kasus ini menyeruak.
Hen You Qian, juru bicara dari Komisi Anti-Korupsi Singapura, MinCRAP menegaskan bahwa mendapatkan gratifikasi seksual adalah bukti paling kentara bahwa pegawai negeri, yang selama ini tak kebal diiming-imingi uang, mudah takluk pada iming-iming yang lain: seks.
Menurutnya, dalam 50 tahun usia Singapura, baru kali ini gratifikasi seks terjadi. “Ini sungguh merupakan peringatan bagi kita semua,” ujarnya.