Kamis 14 Feb 2013 20:32 WIB

'Pemisahan Komuditas Bisa Selamatkan Pasar Tradisional'

Rep: Andi Ikhbal/ Red: Djibril Muhammad
Sembako di Pasar Tradisional (ilustrasi)
Foto: antara
Sembako di Pasar Tradisional (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman mengaku kesulitan dalam mendongkrak perekonomian pasar tradisional di tengah pesatnya toko modern. Namun dengan memisahkan komoditas barang dagangan diyakini bisa menjadi solusi dari persaingan tersebut.

Kepala Dinas Pasar Kabupaten Sleman, Tri Endah Yitnani mengatakan, bila toko modern dan pasar menjual komoditas barang yang berbeda, segementasi belanja masyrakat menjadi lebih terarah. Menurutnya, upaya tersebut dapat menyelamatkan perekonomian pasar tradisional.

"Barang kemasan pabrik di toko atau pasar modern, tapi produk hasil alam di pasar tradisional," kata Endah pada Republika, di Sleman, Kamis (14/2).

Selain itu, adanya Peraturan Daerah (Perda) mengenai jarak 1000 meter toko moderen dengan pasar tradisional juga dapat memayungi pedagang kecil di pasar tersebut. Namun, dia mengakui, hal itu sulit dilakukan lantaran, pilihan belanja masyarakat ke toko modern sudah menjadi kebiasaan.

Karena itu, Dinas Pasar Sleman akan berupaya membenahi pasar melalui program revitalisasi dan menjaga kebersihan lokasi belanja. Karena dengan begitu, daya tarik masyarakat untuk belanja di sana, terbangun dengan sendirinya. "Kuncinya adalah rasa nyaman pengunjung," ujarnya.

Dalam hal ini, Endah mengatakan, beberapa pasar yang kondisinya sudah tidak layak huni, akan segera mendapatkan perbaikan. Bahkan, pihak dinas pun setiap tahunnya telah menganggarkan dana untuk rehabilitasi tersebut.

Namun, dia juga meminta para pedagang bisa bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan dan penataan 'souning.' Karena dia menilai, banyak pedagang yang beralih produk penjualannya, namun masih menjajakan dagangannya di koridor lama.

"Kami melihat banyak pedagang sayur berjualan di lokasi potong daging, begitu juga sebaliknya," kata Endah.

Hal itu membuat bingung para pembeli, sehingga mereka harus berputar-putar dari satu koridor ke koridor lain. Karena, itu, penataan pedaganag juga akan dioptimalisasikan.

Belum lagi, dia menambahkan, tumpahnya pedagang di ruas jalan depan pasar. Padahal, masih banyak kios dan los kosong di dalam bangunan, namun mereka malah membuka lapak sendiri dengan alasan kurang laku.

"Pembenahan pasar memang harus komprehensif, kesadaran pedagang juga memegang pernanan penting," ujarnya. 

Menanggapi adanya laporan itu, saat ini, Endah mengatakan, pihaknya terus melakukan operasi rutin pada para pedagang tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement