Jumat 15 Feb 2013 16:08 WIB

Oposisi Suriah Rebut Ladang Minyak

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dewi Mardiani
Para pemrotes menari dan meneriakkan slogan-slogan anti-Assad di Kota Aleppo, Suriah.
Foto: AP Photo/Virginie Nguyen Hoang
Para pemrotes menari dan meneriakkan slogan-slogan anti-Assad di Kota Aleppo, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Oposisi Suriah kembali merebut tempat-tempat strategis Suriah. Kali ini oposisi merebut sebagian besar dari ladang minyak di timur dan menyerbu sebuah pangkalan militer di selatan Suriah, Kamis (14/2).

Menurut Aktivis Observatorium Hak Asasi Manusia Suriah (HAM) yang berbasis di Inggris, oposisi mengambil alih Kota Shadadah sepanjang Sungai Efrat di Suriah timur, dan merebut sebagian besar ladang minyak Jbeysa yang berada di dekatnya. Penaklukan itu terjadi setelah pertempuran selama tiga hari.

Pada hari yang sama, oposisi menyerbu sebuah pangkalan militer kecil dekat kota al-Sahwa di provinsi selatan Daraa, dekat Jordan. Observatorium mengatakan sedikitnya empat orang tewas dalam bentrokan, saat oposisi telah mengepung tempat itu sebelum para tentara Suriah menyerang oposisi.

Aktivis menambahkan, oposisi juga bentrok dengan pasukan Assad dan mengambil alih kendali bandara utama di sebelah utara Kota Aleppo dan di sisi timur dan selatan dari ibukota Suriah, Damaskus. Pada hari Rabu (13/2), oposisi menyerbu sebuah pangkalan militer di dekat bandara Aleppo dan bandara militer Nerab. Pertempuran itu melumpuhkan lalu lintas ke bandara selama berpekan-pekan.

Oposisi berupaya mencari kejatuhan rezim presiden Suriah Bashar al-Assad. Sebelumnya oposisi menciptakan serangkaian kemenangan selama sepekan terakhir, yaitu di sekitar bandara utama al-Jarrah. Ini menjadi pukulan untuk Assad dan rezimnya lantaran dapat kehilangan sumber daya yang diperlukan untuk kelangsungan hidup. Oposisi juga merebut bendungan terbesar Suriah al-Furat. Padahal tempat ini menjadi sumber utama listrik dan irigasi bagi provinsi terdekat.

Perang sipil Suriah telah menimbulkan dilema untuk masyarakat internasional. Amerika Serikat (AS), negara-negara Arab dan Eropa telah meminta Assad untuk mundur. Tapi Rusia dan Cina melindungi rezim Assad dari sanksi oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Iran juga ikut menjadi sekutu. Upaya-upaya internasional untuk mendorong perundingan penyelesaian berjalan di tempat, terutama karena kedua belah pihak masih menginginkan kemenangan.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement