REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) masih menunggu hasil rekomendasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK-Migas) untuk mengelola ladang minyak Blok Siak, Riau.
"Sampai sejauh ini, kami belum mendapat informasi tentang siapa yang ditunjuk sebagai pengelola Blok Siak setelah November 2013 mendatang," kata Tiva Permata selaku Manajer Komunikasi PT CPI lewat pesan elektroniknya kepada ANTARA Pekanbaru, Sabtu.
Masa kontrak bagi hasil (production sharing contract) anak usaha Chevron Pacific Corp, perusahaan minyak dan gas berbasis di Amerika Serikat, di Blok Siak ditanda tangani sejak 1991 dan berlaku selama 22 tahun.
Chevron yang sebelumnya bernama PT California Texas Indonesia, mengelola Blok Siak pada September 1963 melalui sistem kontrak karya. Saat ini produksi Blok Siak sekitar 1.600-2.000 barel per hari.
Dia menjelaskan, Chevron sejauh ini juga masih menunggu rekomendasi pasti dari pihak SKK-Migas yang merupakan pelaksana atas kegiatan hulu minyak dan gas bumi.
Blok Siak, menurut Tiva, merupakan ladang minyak yang mampu berkontribusi cukup besar terhadap hasil produksi minyak bumi yang dikelola oleh Chevron. "Meskipun hasilnya (produksi) tidak sebesar Blok Rokan, operasi Blok Siak sangat mendukung keberhasilan operasi Blok Rokan," katanya.
Menurutnya, integritas pengelolaan kedua blok atau ladang minyak tersebut sangat penting disinergikan untuk mengoptimalkan kontribusi Chevron dalam produksi migas Indonesia.
Sebelumnya sempat dikabarkan pengelolaan Blok Siak hingga usai masa kontrak pada November 2013, masih akan tetap dilanjutkan oleh pihak PT Chevron Pasific Indonesi. "Terkait informasi itu, sejauh ini belum kami terima dan kami masih menunggu rekomendasi dari SKK-Migas," demikian Tiva.
PT CPI sejauh ini menurut Tiva akan terus berupaya mengembangkan multi teknologi untuk mempertahankan produksi minyak bumi yang terus mengalami grafik pemerosotan setiap tahunnya termasik pada ladang minyak Blok Siak,
Pengembangan teknologi itu menurut dia akan dapat lebih mengoptimalkan produksi minyak bumi yang logisnya memang setiap tahunnya terus mengalami grafik penurunan produksi.
MuLti teknologi yang dimaksud, yakni teknologi penyesuaian dengan lapangan minyak yang dikelola perusahaan ini baik di Riau, Indonesia, ataupun di berbagai negara lainnya.
Penerapan multi teknologi menurut dia merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan produksi minyak bumi termasuk pada ladang-ladang minyak yang ada di Riau, Indonesia.