REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo akan mempertemukan PSSI dan KPSI untuk bersama-sama membaca surat dari FIFA.
Direncanakan, pertemuan itu akan dilakukan pada Senin (18/2) di kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta.
Roy Suryo mengaku tidak akan menemukan kedua pihak berseteru itu secara terpisah. Ini dilakukan untuk menghindari perbedaan persepsi antara PSSI dan KPSI dalam menginterpretasikan surat FIFA tersebut.
"Kami akan membaca bersama-sama surat itu supaya tidak menimbulkan kontroversi," ungkapnya. Mantan anggota DPR RI Komisi I itu melanjutkan, PSSI dan KPSI harus melaksanakan poin-poin yang ada di surat FIFA tersebut setelah melakukan pertemuan nanti.
Tindakan tegas perlu dilakukan pemerintah mengingat nasib sepak bola Indonesia sedang diujung tanduk. "Biar masyarakat bisa menilai sendiri pihak mana yang menghambat terselesaikannya konflik sepak bola Indonesia," tutur Roy.
Mengenai polemik pemanggilan pemain Liga Super Indonesia (LSI) ke timnas, Roy menyiratkan hal ini pun sudah ada jawabannya dengan surat FIFA tersebut. Roy menyiratkan FIFA memberi restu kepada pemerintah untuk mengambil peran dalam mengatasi permasalahan pembentukan timnas Indoensia.
Namun Roy tidak mau menyebut apakah pembentukan timnas akan terwujud melalui Badan Tim Nasional (BTN) yang sudah direstui Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin. Roy mengaku tidak mempermasalahkan apapun nama badan yang akan mengelola timnas.
Asalkan dibentuk oleh tim independen, ia yakin pelarangan pemain LSI ke timnas tidak akan terjadi. Apalagi, jelas Roy, KPSI menyatakan setuju melepas pemain LSI bila timnas dikelola tim independen.
Diungkapkannya, hal ini pun tertuang dalam surat FIFA tersebut. "Secara mikro begitu (timnas dikelola tim independen). Bahkan, surat ini justru memayungi pemerintah secara makro," jelasnya.