REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Bentrokan antara oposisi dengan tentara Suriah terjadi di dekat bandara terbesar kedua di Suriah dan sebuah pangkalan militer di dekatnya, Jumat (15/2) waktu setempat. Sebanyak 150 orang dilaporkan tewas dalam peperangan tersebut.
Direktur Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia untuk Suriah, Rami Abdul-Rahman, menyatakan, korban telah mencapai 150 orang. Korban berasal dari kedua belah pihak.
Pihak oposisi terus berupaya merebut lokasi-lokasi strategis milik pemerintah Bashar Al-Assad. Dalam sebulan terakhir, pihak oposisi dilaporkan terus mencoba merebut Bandara Internasional Aleppo dan sebuah fasilitas militer Nairab.
"Operasi Militer akan terus kami lanjutkan hingga kami bisa mengambil alih bandara dan Nairab,'' ujar Kol. Abdul-Jabbar al-Aqidi, Komandan tentara oposisi kepada Al-Arabiya, Jumat (15/2) waktu setempat.
Pengambilalihan Bandara Internasional Aleppo dan Nairab dinilai penting oleh pihak oposisi. Dengan menguasai Bandara, oposisi dapat memanfaatkan bandara untuk mendapatkan pasokan bantuan. Kondisi ini juga semakin memudahkan mereka merebut Suriah bagian timur laut.
Tapi, sebelum mereka bisa mengambil alih bandara Aleppo, mereka harus bisa mengamankan kota Aleppo terlebih dahulu. Saat ini, pertempuran di Aleppo masih berlangsung, tidak hanya di jalanan dan gang-gang kota, tapi pertempuran juga merambat di daerah sekitar salah satu kota terbesar di Suriah tersebut.
Sementara di ibukota Suriah, Damaskus, pihak oposisi juga terus berusaha memasuki kota lewat daerah pinggiran kota, terutama di bagian timur laut dan selatan kota. Daerah Zabadani dan Daraya dilaporkan menjadi ajang pertempuran antara pihak oposisi dan tentara Suriah.