REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Sekjen Hizbullah, Sayid Hassan Nasrallah, meremehkan kemungkinan serangan Israel terhadap Lebanon. Ia menuduh laporan media Lebanon serta Arab terlalu berlebih-lebihan.
Namun ia memperingatkan negara Yahudi tersebut perlawanan tidak diam saja saat serangan terhadap Lebanon dan wilayahnya datang.
Dalam pidato peringatan para pemimpin Hizbullah yang syahid, Nasrallah membantah tuduhan Bulgaria yang menyebut partainya terlibat dalam serangan mematikan terhadap wisatawan Israel tahun lalu.
"Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dengan cepat menuduh Hizbullah sebagai pelaku serangan tersebut. Tapi Israel tak menyulut perang sebagai reaksi," kata Nasrallah sebagaimana dilaporkan Xinhua, Ahad (17/2).
Pada Juli 2012, lima wisatawan Israel dan seorang supir yang berkebangsaan Bulgaria, tewas dalam pemboman bus di Bandar Udara Burgas di Laut Hitam di Bulgaria. Itu adalah serangan paling mematikan terhadap orang Israel di luar negeri sejak 2004.
Bulgaria belum lama ini secara resmi menuduh Hizbullah sebagai pelaku serangan tersebut, sehingga memicu tekanan baru atas Uni Eropa untuk mengikuti tindakan Kanada, Amerika Serikat dan negara-negara lain yang memasukkan Hizbullah ke dalam kelompok teroris.
Pemerintah Bulgaria menuding dua orang di balik serangan tersebut memegang paspor Australia dan Kanada tapi tinggal di Lebanon dan adalah anggota Hizbullah.
Hizbullah juga dituding bermain di Suriah. Satu pekan sebelumnya, The Washington Post melaporkan Iran dan sekutunya yang berbasis di Lebanon, Hizbullah, berusaha untuk membangun jaringan militer di dalam wilayah Suriah untuk melindungi kepentingan mereka jika Presiden Bashar al-Assad berhasil digulingkan.