REPUBLIKA.CO.ID, QUETTA -- Sebuah bom mengguncang pasar tradisional di Quetta, Pakistan saat Sabtu (16/2). Pemerintah mengatakan hingga Ahad (17/2), sedikitnya 72 orang tewas. Sementara hampir 200 korban lainnya mengalami luka-luka.
Otoritas Rumah Sakit setempat mengatakan, kebanyakan korban luka-luka mengalami kondisi kritis. Sebagian dari korban adalah warga minoritas beretnis Hazara yang tinggal di barat daya ibu kota. Mereka adalah kelompok pinggiran dan menganut paham Islam Syiah.
Seorang saksi mata mengatakan, ledakan terjadi menjelang azan maghrib. ''Saya mendengar ledakan besar. Dan seluruh toko tidak lagi beroperasi,'' kata salah satu pemilik toko ini kepada Aljazirah, Ahad (17/2). Ia menyatakan, tokonya berada sekira 50 meter dari episentrum ledakan.
Ledakan kali ini sama terkutuknya dengan aksi sebelumnya. Awal tahun lalu, di wilayah yang tidak jauh, tepatnya di Alamdar Road, 86 orang tewas dalam aksi serupa. Aksi tersebut memicu gelombang demonstrasi yang berujung pada penggulingan pemimpin di wilayah.
Pemerintah meyakini aksi terorisme ini adalah berbau sekterian. Etnis Hazara tidak diterima hidup di Pakistan yang mayoritas menganut Islam Sunni. Etnis minoritas tersebut berasal dari Afganistan, dan punya afiliasi keyakinan beragama ke Republik Islam Iran.Dugaan tersebut terbukti dengan pengakuan Lashkar e-Jhangvi yang menyatakan bertanggung jawab atas insiden kali ini.
Kelompok gelap yang berpaham Islam Sunni ini juga mengaku diri sebagai aktor utama peledakan 10 Januari lalu. Aljazirah mengatakan, kelompok ini dinyatakan berbahaya oleh pemerintah di Islamabad sejak 2001 lalu.
Pejabat Kepolisian Senior di Quetta, Mir Zubair Mehmood mengatakan, tim khusus sedang mempelajari ledakan mematikan ini. Ia mengungkapkan,lokasi peledakan kali ini adalah fatal dengan banyaknya korban dari kalangan perempuan dan anak-anak.
Menurutnya, skala ledakan ini lebih besar dibanding ledakan Januari lalu. Salah satu tim ahli bom di kepolisian, Wazir Khan Nasir mengatakan, perangkat bom menggunakan detenator jarak jauh. Dugaan sementara, kata dia bom diangkut dengan menggunakan kendaraan semacam becak yang ditinggalkan oleh penumpang di tempat parkir.