REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Negara Barat yang merupakan kelompok sekutu menawarkan keringanan sanksi untuk Iran atas kemauannya berdialog mengenai nuklir. Keringan itu berupa terbukanya pintu ekspor untuk komuditas emas dan logam mulia.
Pernyataan tersebut dikeluarkan resmi oleh seorang pejabat tinggi salah satu negara pemberi sanksi kepada Alarabiyah, saat Ahad (17/2). Dikatakan, keringanan tersebut menyusul pertemuan negara-negara perwakilan Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) di Almaty, Kazakhstan, 26 Februari mendatang.
Pertemuan berawal dari proposal baru Teheran kepada Badan Enerji Atom Internasinal (IAIE) pekan lalu. Proposal menghendaki agar badan dibawah otoritas Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memberi izin penggunaan sentrifugal (alat pengaduk uranium) terbaru di fasilitas nuklir Iran, Natanz di Fordow.
Proposal Iran tersebut juga meminta negara-negara penolak nuklir Iran, atau biasa disebut P5+1 (AS, Rusia, Cina, Jerman, Prancis dan Inggris) bergabung dalam dialog pekan mendatang. ''Usulan ini akan melihat keseriusan Iran soal nuklirnya,'' kata pejabat tersebut, seperti dilansir Alarabiyah, Ahad (17/2).
Menurut IAIE fasilitas Natanz tercatat memiliki antara 644 sampai 2.784 sentrifugal. Bulan lalu, negara pimpinan Mahmoud Ahamdinejad ini meminta izin memperbarui sentrifugal tersebut dengan tekhnologi yang lebih canggih.