REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Untuk kali ketiga Rafael Correa terpilih kembali menjadi Presiden Ekuador.
Ia mengantongi hingga lebih dari 50 persen suara dalam hasil sementara pemilu yang diumumkan, Senin (18/2).
Correa terpilih pertama kali pada 2007. Pemimpin sosialis tersebut dinilai telah membawa stabilitas negara setelah banyaknya kudeta beberapa dekade sebelumnya. Namun, Correa juga dituduh telah menjadi diktator dalam kepemimpinannya.
BBC melaporkan Correa telah dituduh menerapkan kebijakan untuk memperkuat kekuasaan dan menghilangkan lawan politik dan media. Namun, dengan slogan revolusi rakyatnya dia semakin populer dan memenangkan kembali dalam pemilu Ekuador.
Dari hasil sementara pemilu, Correa mendapatkan 56,7 suara mengungguli lawannya, Guillermo Lasso yang mendapatkan 23,3 suara. Dua calon presiden lainnya masing-masing mendapatkan suara 6,6 persen dan di bawah lima persen.
Untuk menghindari pemilu putaran dua, presiden harus mendapatkan suara lebih dari 50 persen atau lebih dari 40 persen dengan perbedaan 10 persen dari pemenang kedua.
Kepala Komisi Pemilihan Umum setempat mengatakan hasil akhir dari perhitungan suara tidak akan jauh beda dari hitung cepat. Correa diklaim memenangkan pemilu.