REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baitul Muslimin Indonesia menggelar diskusi kepemimpin perempuan. Diskusi ini bertujuan untuk menelaah lebih jauh hak perempuan sebagai manusia sekaligus juga proses pendidikan masyarakat untuk memberi ruang kepada perempuan dalam berperan di segenap aspek kehidupan.
"Diskusi ini kami hadirkan untuk menelaah perkembangan gerakan politik perempuan di Indonesia, sukses dan kendala yang dihadapi dalam gerakan politik perempuan dan bagaimana gerakan politik perempuan bersinergi dengan gerakan politik kerakyatan pada sektoral lainnya,'' kata Faozan Amar, ketua PP Baitul Muslimin Indonesia, dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (19/2) di Jakarta.
Faozan menjelaskan, diskusi digelar hari ini di Gedung Indonesia Menggugat Bandung. Dalam dikusi ini tampil sebagai pembicara guru besar IAIN Alaudin Makassar, Hamka Haq; dosen Unisba Bandung, Nan Rahminawati serta pendeta Supriatno perwakilan dari gereja Sinode GKP.
Faozan mengatakan, sudah saatnya bagi para perempuan di Indonesia terlibat aktif dalam upaya melakukan perubahan. Perubahan tersebut, kata dia, tak hanya pada lingkungan tetapi juga pada dirinya sendiri.
"Salah satunya adalah mau dan percaya diri bahwa perempuan itu mampu untuk menjadi pemimpin," kata pria yang juga menjadi pengajar studi Islam di UHAMKA Jakarta ini.