Rabu 20 Feb 2013 01:03 WIB

India Menunggu Dinasti Gandhi-Nehru (III-Habis)

Rep: Teguh Setiawan/ Red: M Irwan Ariefyanto
Rahul Gandhi sewaktu bayi digendong neneknya Indira Gandhi
Foto: www.outlookindia.com
Rahul Gandhi sewaktu bayi digendong neneknya Indira Gandhi

REPUBLIKA.CO.ID,Rahul memasuki dunia politik tahun 2004 dengan mengikuti pemilu untuk majelis rendah (Lok Sabha). Dia bertarung di Amethi, negara bagian Uttar Pradesh. Kursi di Lhok Sabha pernah diduduki Sonia Gandhi, ibunya, sampai dialihkan ke Rae Bareilly.

Dia menang di Amethi, tapi secara keseluruhan Partai Kongres tampil buruk dengan hanya meraih 10 dari 80 kursi Lok Sabha. Yang mengejutkan adalah analis politik memperkirakan, jika saja bukan Rahul, tapi Priyanka, mungkin Partai Kongres akan memperoleh kursi lebih banyak.

Priyanka dianggap lebih karismatik. Rahul, menurut komentator politik India, tidak mewariskan karisma ayahnya. Rahul berusaha menghapus kesan itu. Dalam wawancaranya dengan salah satu media asing, Rahul menyebut dirinya pemersatu India. Dia mengutuk politik pecah belah yang dimainkan sejumlah partai dan berjanji mengurangi ketegangan kasta dan agama dalam politik India.

Dalam percakapannya dengan Timothy J Roemer, Duta Besar AS untuk India, Rahul dengan tegas mengatakan, bukan militan Muslim yang menjadi ancaman keutuhan India, tapi ekstremis Hindu. Rahul tidak secara tegas menyebut BJP, tapi semua orang tahu pernyataan itu adalah serangan terhadap partai berbasis masyarakat Hindu fanatik.

Di dalam BJP terdapat RSS, ekstremis Hindu yang membunuh Mahatma Gandhi. Rahul tidak secara serius menanggapi kekhawatiran AS terhadap aktivitas Laskar Islam e-Taiba (LeT), dengan mengatakan, memang ada bukti masyarakat Muslim mendukung kegiatan organisasi itu.

Dia enggan menyebut LeT sebagai teroris. Menurutnya, yang pantas disebut teroris adalah RSS. Ketika terjadi serangan teroris di Mumbai 2011, Rahul secara diplomatis mengatakan, “Terorisme adalah sesuatu yang tidak mungkin dihentikan selamanya. Melawan terorisme harus dari tingkat lokal.”

Isu lain yang ditanggapi kritis oleh Rahul adalah korupsi. Menurut Rahul, Lokpal—lembaga antikorupsi di India—harus konstitusional dan bertanggung jawab kepada parlemen. Lokpal harus menjadi seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Dia juga mengatakan, Lokpal tidak bisa sendirian membasmi korupsi. Pernyataan ini dikeluarkan pada 25 Agustus 2011, saat Anna Hazare melanjutkan puasanya sampai hari ke-10.

Pihak oposisi menyerang Rahul dengan mengatakan, pernyataan ini merupakan serangan terhadap Anna. Menariknya, usulan Rahul ditanggapi Komite Tentap Parlemen yang dipimpin Abhishek Manu Singhvi dengan merekomendasikan Lokpal menjadi badan konstitusional.

Rekomendasi diajukan Singhvi ke Lok Bill di Rajya Sabha pada 9 Desember 2011. Anna menyerang Rahul dengan menyebutnya telah membuat tagihan lemah yang tidak efektif.

Rahul memang tidak akan seperti ayahnya, yang menjadi perdana menteri pada usia 40 tahun. Rajiv jauh lebih siap ketika mengambil alih kepemimpinan dari Indira Gandhi usai pembunuhan oleh ekstremis Sikh.

Tapi, tidak keliru juga mengatakan, Rahul tidak siap. Setidaknya, dia tidak siap mengalahkan BJP. Meski BJP belum menekan Rahul secara signifikan, partai nasionalis Hindu itu relatif masih terlalu kuat. Walau bukan partai nasional, BJP menguasai sejumlah negara bagian padat.

Siap atau tidak Rahul tetaplah penerus Gandhi-Nehru. Dia akan memimpin Partai Kongers seumur hidupnya dan sebisa mungkin menjadikan dirinya perdana menteri. Jika tidak pada 2014, mungkin pada pemilu berikutnya.

Jika demikian, berapa lama lagi pendukungnya harus menunggu kehadiran penerus Gandhi-Nehru di posisi nomor satu pemerintahan India? Hanya waktu yang bisa menjawab.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement