Rabu 20 Feb 2013 01:39 WIB

Kisah Dinasti Gandhi-Nehru (II)

Rep: Teguh Setiawan/ Red: M Irwan Ariefyanto
Nehru dan anak kesayangannya Indira Gandhi
Foto: outlookindia
Nehru dan anak kesayangannya Indira Gandhi

REPUBLIKA.CO.ID,Kesempatan pertama mematahkan belenggu Dinasti Nehru-Gandhi terjadi pada pemilu 1977. Partai Janata meraih 345 kursi Lok Sabha, atau majelis rendah. Partai Janata berkuasa dan berpotensi melanjutkannya pada periode kedua.

Yang terjadi justru sebaliknya. Partai Janata terlibat konflik di dalam dan menghancurkan dirinya. Keadaan ini memberi peluang kepada Indira Gandhi untuk kembali berkuasa.  Kesempatan kedua muncul pada periode 1989-2004. Partai Janata Dal, yang memerintah India antara 1989-1991 dan 1996-1998, disebut-sebut akan mengalahkan Partai Kongres dalam pemilu.

Nasib Janata Dal tidak berbeda dengan Partai Janata. Ketika PV Narasmiha Rao berkuasa menggantikan Rajiv Gandhi yang dibunuh LTTE, masyarakat antidinasti India kembali melihat kemungkinan akan adanya dinasti tandingan bagi Gandhi-Nehru.  Rao adalah bapak liberalisasi ekonomi India. Ia membuat terobosan dalam politik luar negeri, dan mendorong program nuklir dan pembuatan rudal. Semua reputasi itu telah cukup bagi Rao untuk membangun kekuatan politik sendiri.

Namun, Rao terlalu loyal kepada Dinasti Nehru-Gandhi. Ia memberikan kesempatan kepada keluarga Gandhi untuk kembali ke dunia politik dengan memberi tempat kepada Sonia untuk menjadi presiden Partai Kongres.  Ketergantungan pada Dinasti Nehru-Gandhi menjadi semakin kuat setelah Madhavrao Scindia dan Pilot Rajesh meninggal dalam kecelakaan pesawat.

Kendati demikian, Partai Kongres dan politik dinasti relatif telah berakhir pada 2004. Sonia bukan orang India. Dia wanita Italia yang dinikahi Rajiv, dan rakyat India tidak bisa menerima wanita asing memimpin negerinya.  Sebagai gantinya, Aliansi Demokrasi Nasional (NDA) menjadi pemerintahan koalisi pertama yang paling sukses di pusat pemerintahan India. Mereka menerapkan kebijakan ekonomi Rao dengan mendorong reformasi dan melakukan uji coba nuklir untuk mendongkrak peringkat dalam pacuan senjata di Asia Selatan.

Sebelum pemilihan umum 2004, muncul berbagai spekulasi NDA akan kembali berkuasa. LK Advani tampak siap mengambil alih posisi perdana menteri, dengan AB Vajpayee Narendra Modi menunggu kemungkinan.

Saat kampanye pemilu, sentimen yang mencuat di masyarakat India adalah anti-Partai Kongres. Anehnya, pemilih lebih suka memberikan suaranya ke Bharatiya Janata Party (BJP), bukan ke koalisi NDA.

Terjadi kejutan luar biasa. NDA hilang. Ketika Mahmohan Singh mengambil alih pemerintahan pada 2004, pasar saham jatuh dan pemerintahannya tak berlangsung lama. Lima tahun kemudian, pemilih India memberikan mandat yang lebih besar kepada Partai Kongres pada 2009. Dinasti Nehru-Gandhi kembali mengelola bisnis. Sonia Gandhi juga menandai 15 tahun posisinya sebagai presiden Partai Kongres.

India seolah ditakdirkan untuk berkutat pada urusah politik dinasti dengan Partai Kongres sebagai intinya. Tidak ada yang tahu mengapa Partai Kongres selalu bisa bertahan dan memperoleh peluang untuk kembali berkuasa.

Menggunakan logika ini, tidak aneh jika rakyat India memprediksi Rahul Gandhi akan menjadi perdana menteri pada 2014. Kalaupun tidak pada 2014, karena belum siap dan tidak mewariskan karisma Rajiv, Rahul memiliki kesempatan pada 2016 atau 2017.

Sejauh ini, Dinasti Gandhi-Nehru telah menghasilkan lima presiden Partai Kongres dan tiga perdana menteri. Jika saja Feroze dan Sanjay tidak meninggal lebih cepat, keduanya juga berpotensi memimpin India. Jika Rahul gagal dan tidak memiliki kesempatan lagi, Partai Kongres masih memiliki Priyanka Gandhi. Banyak pengamat politik melihat Priyanka lebih punya karisma dibanding Rahul.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement