Rabu 20 Feb 2013 01:12 WIB

Warga Lereng Merapi Diminta Waspadai Pes

Sejumlah warga membersihkan sisa timbunan material vulkanik yang mengendap di jalanan dan selokan kawasan lereng Merapi.
Foto: Antara/Anis Efizudin
Sejumlah warga membersihkan sisa timbunan material vulkanik yang mengendap di jalanan dan selokan kawasan lereng Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Pemerintah Kabupaten Boyolali meminta warga yang bermukim di lereng Gunung Merapi tetap waspada terhadap penyakit pes yang disebabkan hama tikus hutan, terutama pada musim hujan.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali Yulianto Prabowo di Boyolali, Selasa (19/2), mengatakan bahwa kawasan hutan Gunung Merapi masih menjadi endemis pes. Ini terbukti dari hasil penelitian pada tikus hutan di kawasan itu, ternyata mengandung kuman pes.

Pihaknya mengimbau warga lereng Merapi agar lebih menjaga kebersihan, mengamankan makanan dengan cara ditutupi, dan menghindari kontak langsung dengan tikus hutan. Warga yang menjaga pola hidup sehat tersebut sangat diperlukan karena tikus hutan turun ke permukiman sehingga potensi transmisi pinjal ke tikus rumahan sangat dimungkinkan.

"Jika ditemukan satu orang penderita penyakit pes di suatu tempat, lingkungan itu akan langsung diisolasi atau karantina total, termasuk segala hasil produksinya," katanya. Kendati demikian, kata dia, di wilayah Boyolali sejauh ini belum ada yang ditemukan kasus penularan pes kepada manusia.

Menurut dia, di wilayah Indonesia yang tercatat masuk dari endemis pes ada tiga kabupaten, yakni Boyolali (Jawa Tengah), Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta), dan Pasuruan (Jawa Timur). Daerah endemis pes di Boyolali dan Sleman terdapat di kawasan Gunung Merapi, sehingga potensi penyakit pes pascaerupsi Merapi 2010 sangat diwaspadai, apalagi hasil survei Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu menyatakan positif.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement