Rabu 20 Feb 2013 11:52 WIB

Soal KJS, Jokowi Dituding Minim Persiapan

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Mansyur Faqih
 Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo membagikan Kartu Jakarta Sehat kepada penduduk kelurahan Marunda di Jakarta Utara, Senin (12/11). (Adhi Wicaksono)
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo membagikan Kartu Jakarta Sehat kepada penduduk kelurahan Marunda di Jakarta Utara, Senin (12/11). (Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang menjadi program andalan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) saat kampanye dianggap tak efektif menjamin pelayan kesehatan bagi warga tidak mampu. Ini lantaran Jokowi tidak memberikan sosialisasi yang baik mengenai terkait fungsinya. 

"Mestinya diberlakukan setelah ada sosialisasi, kesiapan infrastruktur. Seperti sumber daya manusia, alat kesehatan, sistem rujukan, dan lain-lain," kata Wakil Ketua Komisi IX DPR, Nova Riyanti Yusuf di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (20/2).

Menurutnya, KJS sulit direalisasikan karena sampai saat ini Pemprov DKI masih memiliki tunggakan utang di beberapa rumah sakit. Masalah kian pelik ketika anggaran APBD Jakarta telat cair. 

"Pak Jokowi harusnya sudah jelas dulu ini semua. Semua birokrasi tahu anggaran cair baru Maret," lanjut politisi Partai Demokrat tersebut.

Ia menambahkan, akibat nyata dari lonjakan pasien di rumah sakit menurut yaitu meninggalnya bayi Dera Nur Anggraini. Dera ditolak delapan rumah sakit dengan alasan tak ada kamar dan tak memiliki Neonatal Insentive Care Unit (NICU).

Nova berharap fenomena Jokowi tidak sampai menumpulkan sikap kritis masyarakat pada pemimpin. Menurutnya Jokowi perlu mendapat masukan positif agar bisa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Jakarta. "Pak Jokowi butuh masukan dari kader yang riil di masyarakat," papar Nova.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement