Kamis 21 Feb 2013 05:31 WIB

Begini Cara Remaja Muslim dan Yahudi Bersahabat

Islam-Yahudi/ilustrasi
Foto: news.yourolivebranch.org
Islam-Yahudi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES---Kaum muda dari komunitas Muslim dan Yahudi di Los Angeles, Calfornia membentuk persahabatan dengan saling berbagi cerita pengalaman pribadi dalam pertemuan yang digagas kelompok NewGround.

 

Dalam pertemuan kali ini, seorang dokter bedah syaraf Muslim menceritakan kepada kelompok itu bahwa ketika kecil ia yatim piatu, dan kemudian dibesarkan oleh sebuah keluarga Yahudi yang mendidiknya agar tetap beragama Islam.

Seorang perempuan Yahudi berbagi kenangan masa kecilnya tentang kakek neneknya yang berhasil menyelamatkan diri dari Holocaust di Eropa Timur. Ini semua dikisahkan dalam acara berbagi pengalaman yang diadakan kelompok NewGround.

Tanzila Ahmed, Muslimah dari Bangladesh, mengatakan, acara berbagi cerita itu membantu menjembatani perbedaan budaya. “Acara itu seperti kaleidoskop cerita dan pandangan dari komunitas yang berbeda, dan lewat cara ini kita bisa benar-benar saling mendekatkan diri dengan lebih mudah,” ujarnya.

Edina Lekoviv, yang bekerja untuk kelompok bantuan Muslim, mengatakan, konflik di Timur Tengah sampai ke Los Angeles dan bisa menciptakan tembok antara komunitas Yahudi dan Islam. Ia ikut mendirikan NewGround sebagai cara untuk mendekatkan kedua komunitas itu.

“Mereka tahu bagaimana saling mendekatkan diri. Mereka punya hubungan sejati, dan pada saat bersamaan, tidak terperangkap dengan apa yang terjadi di luar negeri, mereka malahan lebih tertarik dengan apa yang terjadi di Los Angeles ini,” katanya seperti dilansir voaindonesia.

Setiap tahun, 20 profesional Muslim dan Yahudi diseleksi untuk ikut serta dalam program lintas agama ini. Program ini membantu mereka mendapatkan keterampilan, hubungan dan kontak yang diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana warga Muslim dan Yahudi saling mendekatkan diri di Amerika. Peserta-peserta itu menghadiri dua pertemuan akhir minggu dan bertemu dua kali sebulan dari November sampai Juni untuk belajar saling mengenal baik di antara mereka maupun pemimpin-pemimpin komunitas.

Dalam pertemuan baru-baru ini, pemaparan sejarah Islam memicu pembahasan di kalangan peserta terbaru NewGround.

Rabbi Sarah Bassin, Direktur Eksekutif NewGround, mengatakan banyak organisasi yang berupaya mempertemukan warga Muslim dan Yahudi, tetapi sedikit yang bisa mendekatkan mereka.

“Percakapan di antara mereka umumnya belum dimulai. Kami belum punya kosa kata yang tepat untuk duduk di meja yang sama dengan cara yang sama seperti yang telah diupayakan masyarakat Yahudi dan Kristen dalam 50 atau 60 tahun terakhir, khususnya dalam masa pasca-Holocaust,” ujarnya.

Abbie Barash, anggota baru dari kelompok Yahudi, mengatakan, banyak bertemu teman baru di kelompok ini. Ia mengutarakan, “Kami menjadi dekat, walaupun baru saling mengenal sebulan ini. Ini sangat berarti bagi saya.”

Amir Abdullah, aktor Muslim, mengatakan tetap ada perbedaan di antara kedua kelompok. “Muslim dan Yahudi tidak bisa sepakat dalam segala hal. Di antara Muslim juga banyak yang tidak sepakat dalam banyak hal. Tetapi, jika kita bisa berbagi pengalaman dan apa yang kita rasakan, kita sedikitnya bisa saling memahami, dan saya rasa itu sangat penting,” ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement