REPUBLIKA.CO.ID, MAJENE -- Cendikiawan muda Islam di Provinsi Sulawesi Barat menyatakan generasi muda potensi untuk merawat kehidupan beragama di provinsi itu agar terus berlansung harmonis rukun dan damai.
"Generasi muda Islam di Sulbar merupakan potensi menata kehidupan beragama dengan melakukan berbagai program inisiatif dalam merancang dan membangun masa depan agama, di Sulbar," kata kata cendikiawan muda Islam, Nursalim Ismail di Majene, Kamis (21/2).
Ia mengatakan, banyak hal yang bisa dan perlu dilakukan generasi muda Islam dalam rangka menguatkan dan berperan menata kehidupan beragama yang lebih baik, sekaligus menangkal gerakan radikalisme mengatasnamakan agama.
Dalam dunia pendidikan, porsi untuk membicarakan agama perlu ditingkatkan lagi agar pengetahuan agama generasi muda dapat lebih khusus berpijak pada gagasan bahwa agama adalah ajaran yang berbasis rahmatanlilalamin atau rahmat bagi sekalian alam bukan untuk kekerasan.
Kemudian pendidikan agama harus ditingkatkan lagi pada ajaran seperti Ushul Fiqhi dan Tasawuf dan pendidikan itu harus lebih awal ditanamkan bagi generasi muda agar pemahaman beragama generasi muda kita lebih mendalam.
"Sehingga tidak terjerumus pada pemahaman agama yang sangat ektrim dan fanatik yang menjurus pada kegiatan radikalisme yang identik dengan kekerasan, inilah perjuangan generasi muda Islam kedepan," katanya.
Menurut dia, hal lain perlu dalam menata kehidupan beragama kita adalah organisasi masyarakat (Ormas) keagamaan harus urung rembuk dalam merumuskan pola-pola penanganan potensi kekerasan atas nama agama bukan hanya menyibukkan diri dari karnafal konsolidasi kelembagaan, lalu melupakan agenda kerja sesungguhnya.
"Generasi muda pada berbagai ormasi harus menjadi pelopor mengembang tugas itu yakni penanganan potensi kekerasan atas nama agama, merubah pradigma ormas yang hanya sibuk pada agenda organisasi," katanya,
Selain itu kata dia, mampu bersama elit politik meredam kekecewaan publik terhadap segala bentuk fenomena kehidupan sebagai basis awal munculnya benih-benih kebencian yang dapat berujung pada munculnya sikap ektrem yang berbau kekerasan.
"Dalam hal ini, keteladanan patut dikedepankan, peran generasi muda Islam sangat vital akan hal karena sejauh ini, peran ulama dan umarah belum sepenuhnya mampu menjawab tantangan sosial politik, contohnya dalam mengatasi money poltics atau politik uang," katanya.
Menurut dia, ulama dan umarah seharusnya tegas dalam memutuskan. Bukan justru terlibat dalam mendidik pola berpolitik transaksi atas nama sedekah politik, sehingga generasi muda juga harus mampu bersikap tegas dalam menyikapi hal seperti itu bukan malah larut didalamnya.