REPUBLIKA.CO.ID, Sebagai penganut Katolik, Denis rutin ke gereja setiap pekan, dan aktivitas keagamaan lainnya. Rutinitas itu segera berubah ketika ia bekerja di Alberta.
Di pekerjaan barunya itu, ia memiliki rekan seorang Muslim. Selama berinteraksi dengan rekannya, ia terlibat dialog yang menarik.
Pembicaraan itu memicu ketertarikan Denis terhadap Islam. Untuk membenarkan apa yang dikatakan rekannya itu, ia ambil Alquran dan membacanya.
Semakin dalam membaca Alquran, Denis merasa butuh informasi tentang ajaran Islam. Ia enggan menyentuh dunia maya, meski banyak informasi yang dibutuhkan tersedia tanpa batas.
Denis lebih mempercayai informasi langsung dari sumbernya. Satu malam, ia terus teringat dengan satu ayat dalam Alquran. Dalam ayat itu dikatakan jangan menunda apa yang harus dikerjakan hari ini karena seseorang tidak akan mengetahui apa yang terjadi di masa depan.
Ingatan itu mendorongnya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Saat mengucapkan itu, tak ada orang lain. Denis coba membaca kalimat itu dengan sebaik yang ia bisa.
Keesokan harinya, Denis bertemu dengan sekolompok Muslim yang membantunya untuk mengetahui lebih dalam lagi ajaran Islam. Di awal, memang ia merasa bingung.
"Aku berada dalam satu persimpangan, aku tidak tahu harus kemana dan apa yang harus dilakukan," kata Denis seperti dikutip onislam.net, Jumat (22/2).
Usai mengucapkan dua kalimat syahadat, ada satu hal yang mengganjalnya, yakni reaksi keluarganya. Pasalnya, kedua orang tuanya tidak memahami dengan baik ajaran Islam.
Selama masa itu, Denis mencoba untuk menyakinkan diri untuk berbicara dengan orang tuanya. Beruntung baginya, koleganya sesama Muslim membantunya mempersiapkan diri.
"Aku cuma khawatir, orang tua melihatku menjadi orang yang berbeda. Padahal aku tidak berubah sama sekali," kenang dia.
Kekhawatirannya sirna, hati dan pikirannya satu suara. Denis pun siap untuk memberitahu orang tuanya. Selain orang tuanya, ia merasa lingkungan tempat ia tinggal menjadi ganjalan lain.
Denis ingin meyakinkan lingkungannya, untuk mendukung keputusannya itu. "Aku hanya membayangkan bagaimana bisa melewatinya. Ini yang menjadi pemikiran saya," kata dia.
Kini, Denis tak lagi ragu. Ia tahu bagaimana posisinya sekarang ini. Satu hal yang pasti muncul dalam pemikirannya bahwa pilihannya terhadap Islam merupakan hal yang tepat.
"Di sekitar saya terdapat orang-orang yang luar biasa. Aku tidak lagi gundah akan posisiku," kata Denis.