REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Para pejabat Amerika Serikat dua kali mengunjungi Korea Utara secara diam-diam tahun lalu. Kunjungan ini adalah upaya memperbaiki hubungan setelah pemimpin Korut Kim Jong-Un memangku jabatan. Demikian dilansir Los Angeles Times, Ahad (24/2).
Dengan mengutip pernyataan mantan para pejabat yang tidak disebut namanya yang mengetahui lawatan itu, surat kabar tersebut mengatakan kunjungan pada April dan Agustus itu bertujuan untuk mendorong pemimpin baru di Pyongyang menjalankan kebijakan luar negeri yang moderat.
Kunjungan April itu dipimpin Joseph DeTrani, yang saat itu adalah Direktur Intelijen Nasional badan "National Counterproliferation Center."
Tidak jelas siapa yang memimpin kunjungan Agustus itu, kata surat kabar tersebut.
The Times mengutip para pejabat yang mengatakan bahwa Sydney Seiler, seorang analis veteran CIA , yang fasih berbahasa Korea dan memimpin badan kebijakan Korea di Dewan Keamanan Nasional, ikut serta dalam dua kunjungan tersebut.
DeTrani mundur dari pemerintah tahun lalu dan kini memimpin Aliansi Intelijen dan Keamanan Nasional, sebuah kelompok industri, kata surat kabar itu. "Ada hal-hal tertentu yang saya tidak ingin ungkapkan, dan ini adalah salah satu hal yang saya rasa tidak layak bagi saya untuk mengungkapkan," kata laporan itu mengutip pernyataan DeTrani dalam satu wawancara telepon.
DeTrani mengatakan ia dan para pakar AS lainnya sebelumnya melihat tanda-tanda bahwa Kim Jong-Un mungkin kurang tegas dibandingkan dengan ayahnya, termasuk menempatkan tokoh-tokoh moderat dalam posisi-posisi penting pemerintah.
Para pejabat AS telah mengunjungi Korut pada masa lalu. Mantan Menteri Luar Negeri Madeleine Albright melakukan kunjungan resmi ke negara itu tahun 2000. Pejabat AS terakhir mengunjungi Korut tahun 2009 adalah Stephen Bosworth yang berusaha untuk memulai kembali perundingan enam negara yang macet mengenai program nuklir Korut.