REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Presiden Kuba Raul Castro menyatakan akan meninggalkan jabatannya lima tahun mendatang. Castro mengatakan transfer tanggung jawab dan regenerasi kepemimpinan dinegara tersebut harus berlanjut. Presiden sejak 2008 ini mengaku sudah tidak lagi muda.
Faktor tersebut menjadi alasan yang masuk akal untuk berhenti menjabat. Kata dia, Kuba harus meremajakan diri dengan memberi estafet kepemimpinan bagi pemuda.
''Saya harus menegaskan. Ini merupakan langkah defenitif dalam konfigurasi kepemimpinan masa depan bangsa,'' ujar Castro di hadapan pembukaan sidang Majelis Nasional baru pada Ahad (24/2) dan dikutip New York Times.
Castro kembali memimpin Kuba untuk jabatan yang kedua kalinya. Presiden 81 tahun ini menggenggam kekuasaan di Havana sejak kakaknya, Fidel Castro memilih mundur dari jabatan presiden.
Castro senior mundur lantaran alasan kesehatan dan umur. Pernyataan Castro otomatis mengakhiri rezim Keluarga Castro yang memenangkan revolusi sejak 1959.
Keluarga Castro sepertinya memang merencanakan untuk mengakhiri karir politiknya. Ini tampak dari ikut sertanya Castro senior dalam pengumuman penting adiknya.
Media internasional melansir kehadiran Castro senior adalah langka. Pemimpin revolusi itu hanya muncul dalam agenda-agenda yang penting dan rumit. Apalagi kondisi kesehatannya memaksa dia harus rehat total sejak 2006 silam.
''Ini adalah berita besar. Dia akan mundur,'' kata Alfredo Duran kepada Reuters, Senin (25/2).
Duran adalah seorang pengacara keturunan Kuba-Amerika dan tinggal di Miammi Amerika Serikat (AS). Menurut dia, mundurnya Castro adalah efektif mengakhiri isolasi internasional terhadap negara sosialis - komunis itu.
Bagi dia berita ini adalah penting. Sebab, Duran yang juga memimpin kelompok keturunan Kuba-Amerika di AS tentunya ini pertanda baik. Pemimpin selanjutnya yakin dia, akan mampu menyapu sentimen politik Havana-Washington. Selama Kuba dan AS memang tidak pernah akur.